Sejarah Singkat Penulisan Alquran sejak Awal Masa Kenabian Arab hingga Sempurna

Ibn Ziyad memerintahkan seorang laki-laki bangsa Parsi untuk mengidhafahkan alif dalam kata-kata, sehingga dapat dibedakan antara قالت (qaalat) dengan قلت (qultu) maupun كاتب (Kaatib) dengan كتب (kutub). Sedangkan Hajjaj memperbaiki teknis penulisan teks Alquran pada beberapa tempat sehingga memudahkan orang dalam membaca dan memahaminya.

Agaknya perbaikan tersebut senada dengan perkataan Khalifah Usman, “Aku mendapatkan beberapa kesalahan dalam mushaf ini yang kelak akan diperbaiki oleh orang Arab.”

Selanjutnya, muncullah seseorang bernama Abu al-Aswad ad-Dualiy yang merancang kaidah pemberian titik dan baris. Misalnya, “baris di atas” (fathah) dengan memberi sebuah titik di atas huruf, “baris bawah” (kasrah) dengan sebuah titik di bawah huruf, “baris dhammah” dengan titik antara batas satu huruf dengan huruf berikutnya, dan “tanda mati” dengan dua buah titik. Jadi, beliau dikenal sebagai pencipta titik sebagai tanda baris dalam rangkaian perbaikan penulisan Alquran sekaligus pencipta kaidah-kaidah bahasa Arab atas perintah Ali bin Abi Thalib.

Nama lain yang muncul dalam rangka perbaikan penulisan Alquran adalah Yahya bin Ya’mar dan Nashar bin ‘Ashim. Konon Yahya adalah seseorang yang melengkapi mushaf yang ada di tangan Ibmu Sirrin. Sedangkan Nashar adalah murid sekaligus asisten Abu al-Aswad ad-Dualiy yang berguru kepada Yahya. Bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Yahya adalah orang yang pertama kali membuat huruf mutasyabihat atas anjuran Hajjaj.

Perkembangan zaman seakan mengharuskan penyempurnaan terhadap tulisan Alquran agar lebih mudah lagi untuk dibaca dan dipahami. Dari situlah muncul seseorang bernama Khalil bin Ahmad al-Farahidy yang menulis tentang titik serta kelemahannya.

Beliau juga menciptakan tanda hamzah, tasydid dan Isymam. Kemudian muncul lagi seseorang ahli bahasa bernama Abu Hatim as-Sijistany yang menguraikan panjang lebar tentang syakl dan titik. Penyempurnaan penulisan mushaf Alquran pada akhir abad ke-3 dapat disebut mencapai puncaknya.