2 Kapal Induk Nuklir AS Muncul di LCS, China Cuma Bisa Dongkol

Kecaman Pentagon terhadap China itu hari ini telah dibuktikan oleh Washington DC. Hari ini terbukti dua kapal induk AS yang membawa kekuatan tempur penuh telah menggelar latihan di Laut China Selatan.

Komandan kapal induk USS Nimitz, Laksamana Muda James Kirk mengatakan, kehadiran dua kapal induk AS di Laut China Selatan itu dalam rangka latihan militer.

Kirk juga mengakui bahwa selama dirinya berada di Laut China Selatan, pihaknya telah melihat armada atau kekuatan Angkatan Laut China yang telah melakukan pemantauan atas dua kapal induk miliknya itu.

“Mereka telah melihat kami dan kami telah melihat mereka,” kata Komandan kapal induk USS Nimitz, James Kirk dikutip dari Reuters, Senin, 6 Juli 2020.

Kirk mengklaim, dua kapal induk AS itu telah membawa sekitar 90 pesawat jet tempur, dan sekitar 12.000 personil Angkatan Laut dalam kegiatan latihan di wilayah Laut China Selatan tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian pada hari ini langsung merespon keras kedatangan dua kapal induk AS itu. Menurut Lijian, Amerika Serikat dengan sengaja mengirim kapal-kapalnya ke Laut China Selatan untuk melenturkan ototnya. Dia menuduh Washington telah memprovokasi negaranya dengan berusaha menggerakkan negara-negara di kawasan Laut China Selatan untuk menghadapinya.

“Amerika Serikat telah dengan sengaja mengirim kapal-kapalnya ke Laut Cina Selatan untuk melenturkan ototnya dan menuduh Washington berusaha menggerakkan ganjalan antara negara-negara di kawasan itu,” kata Zhao Lijian di Beijing.

Namun, China hingga saat ini belum terpancing dengan kegiatan drill atau latihan yang dilakukan oleh dua kapal induk AS tersebut. Untuk diketahui, China selama ini telah mengklaim 90 persen wilayah perairan Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatan China. China diketahui telah membangun sejumlah pangkalan militer di pulau-pulau di sekitar Laut China Selatan untuk memperkuat klaim dominasinya atas Laut China Selatan. Upaya China itu sering kali mendapatkan penolakan dari sejumlah negara di sekitar Laut China Selatan, diantaranya Vietnam, Filipina, dan Taiwan. (*)