Menit Terakhir Antara Livni Dengan Condoleeza Rice

Tak banyak orang memperhatikan apa yang dikerjakan Menlu AS Condoleeza Rice dengan Menlu Israel Tzipi Livni, di menit-menit terakhir, sebelum meninggalkan Deparlu AS. Orang nomor dua di AS itu, ‘dipaksa’ oleh Menlu Israel Tzipi Livni harus menandantangani sebuah perjanjian, yang menyatakan bahwa antara AS dengan Israel, yang secara ekplisit melakukan kerjasama dibidang militer dan intelijen, untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza. Penyelundupan senjata ini menjadi perhatian utama rejim Zionis-Israel, pasca agresi militernya ke Gaza.

Zionis-Israel menjadi sadar, ketika pasukan militernya yang sudah melakukan pemboman udara secara massif dengan pesawat tempur F.16 dan helikopter Apache, selama sepuluh hari, tak mampu menaklukan pejuang Hamas. Bahkan, ketika pasukan Israel melakukan serangan darat, yang didukung dengan tank Merkava, dan di dahului serangan udara, tak menggoyahkan para pejuang Hamas, dan para pejuang itu dapat melakukan perlawanan yang hebat. Perang darat yang berlangsung itu, menjadi ‘taruhan’ yang mahal, ketika Israel, sampai tiga pecan, tak kunjung dapat mengusai dan menaklukan Hamas. Maka, kesimpulan yang diambil oleh fihak keamanan Israel, terutama Dinas Intelijen Dalam Israel (Shin Bet), serta intelijen IDF (Israel Defend Forces), juga Mossad, kekuatan persenjataan yang dimiliki Hamas, cukup besar.

Maka, ketika perang sedang berkecamuk, Menlu Israel, yang merangkap Ketua Partai Kadima, yang reinkarnasi dari Partai Likud, melakukan perjalanan ke Washington, dan melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat AS, terutama dengan Deputi Menlu AS, Aharon Abramovic (Yahudi), yang secara eksplisit, Menlu Israel, Tzipi Livni, menyampaikan agar sebelum Condoleeza Rice, meninggalkan Deparlu AS, ditandangani perjanjian antara Israel dengan AS, yang isinya untuk membuat kerjasama memberantas penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza, melalui perbatasan Rafah.

Pertemuan antara Aharon Abramovic dengan Tzipi Livni itu, disepakati sebuah nota, yang akhirnya menjadi sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh Condoleeza Rice, yang mewakili pemerintah AS dengan Tzipi Livni yang mewakili pemerintah Israel, yang bertujuan menghentikan segala bentuk penyelundupan senjata ke Gaza.

Waktu pertemuan ‘Troika’ (Perdana Menteri Olmert, Menlu Tzipi Livni, dan Menhan Ehud Barak), ketika membahas perang, sudah masuk dalam pembicaraan yang serius mengenai faktor penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza. Pemerintah Israel dalam pertemuan ‘Trioka’ itu, memutuskan untuk mengutus Deputi Menhan Israel, Amos Gilad, melakukan pertemuan dengan para pejabat di keamanan, termasuk Kepala Intelijen Mesir, Omar Sulaiman, membahas bagaimana cara menghentikan secara total, penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza. Nampaknya, usaha pemerintah Israel, yang marathon, disaat berkecamuknya perang, mencapai puncaknya persetujuan diantara Israel, AS, dan Mesir, yang bersepakat melakukan kerjasama keamanan, terutama dibidang intelejen, yang tujuannya menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza.

Maka, saat-saat bekecamuknya perang yang dahsyat, justru Mesir, melakukan kerjasama dengan Dinas Keamanan Israel, AS, dan Uni Eropa, melakukan penutupan perbatasan di Rafah, agar tidak masuk senjata ke Gaza. Seperti dikatakan oleh Tzipi Livni, masa depan perjanjian dan gencatan di Gaza, sangat tergantung, apakah efektif atau tidak penghentian senjata dari Mesir dari Gaza. Sekarang ini, seluruh wilayah yang berbatasan dengan Gaza, darat dan laut, dalam pengawan negara-negara yang menandatangani perjanjian, Israel, AS, Mesir dan Uni Eropa, yang akan menindak setiap usaha penyelundupan senjata.

Beberapa hari ini, Menlu Israel Tzipi Livni melakukan kunjungan ke Eropa dan bertemu dengan para pejabat Uni Eropa, yang tujuan adalah menekan para pemimpin Uni Eropa agar ikut menandatangani perjanjian dengan Israel, tentang langkah-langkah penghentian penyeledupan senjata ke Gaza. Tzipi Livni bertemu dengan wakil dari Uni Eropa Karel Sdchwanrzenberg, Menlu Czech, dan berdiskusi secara alot, yang akhirnya menyetujui tentang embargo senjata Hamas. Pertemuan itu berlanjut dengan Menlu Prancis, Bernard Kouchner, yang mewakili 27 negara Uni Eropa, dan nampaknya mencapai kesepakatan bersama untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza. Pertemuan itu, disudahi dengan pertemuan dengn Menlu Inggris, David Mliband, yang mendukung langkah-langkah penghentian penyelundupan senjata ke Gaza.

Menlu Israel Tzipi Livni, di menit-menit terakhir sebelum Condoleeza Rice meninggalkan Deparlu AS, berhasil ‘dipaksa’ menandatangani perjanjian dengan Israel, guna menghentikan penyelundupan senjata bagi Hamas. Nampaknya, Zionis-Israel masih belum puas dengan blokade, embargo ekonomi, bahkan melakukank agresi militer, justru sekarang ini menginginkan agar AS, Uni Eropa dan Mesir menghentikan senjata ke Gaza. Inilah tindakan yang sangat luar biasa Zionis-Israel yang ingin menghancurkan perjuangan rakyat Palestina.

Tapi, Zionis-Isael selalu gagal, dan perlawanan di tanah Palestina tetap tumbuh dan semakin kuat. Tuntutan kemerdekaan yang terbebas dari penjajahan Israel terus hidup, bahkan rakyat Palestina, tak lagi takut dengan penjajah Israel.(m/jp)