Pemilu Israel dan Nasib Palestina

Pemilu di israel baru saja digelar. Kemungkinan yang akan meraih kursi terbanyak di Knesset hanya dua partai besar garis keras. Partai Likud pimpinan Benyamin Netanyahu dan Partai Kadima pimpinan Menlu israel saat ini Tzipi Livni. Menurut jejak pendapat Stasiun Televisi Israel Channel 10, Kadima mengantongi 30 kursi sedangkan Likud memperoleh 28 kursi. Artinya Kadima sudah memperoleh 25% dari kursi parlemen Knesset. Hasil yang sama juga disajikan oleh Channel 1.

Kemenangan Kadima bukan tanpa sebab. Salah satu faktor penyebabnya adalah kemampuan Koalisi Pemerintah Livni mengerahkan meliter ke Gaza dalam rangka ‘memberi pelajaran’ pada Hamas. Kemungkinan besar masyarakat yahudi israel sudah gerah dengan teror roket hamas ke wilayah jajahan mereka. Sehingga mereka berharap Livni bisa secepatnya menghabisi Hamas. Sebagai mana yang telah ia gelar di Gaza beberapa waktu lalu.

Meskipun Livni bisa memenangkan pemilu, bukan berarti ia bisa serta-merta bisa membentuk koalisi pemerintah dan mengantarkannya menjadi Perdana Menteri. Sistem politik di Israel hanya mengizinkan partai pemenang pemilu dengan perolehan kursi 61 atau lebih yang bisa melakukannya. Dan hitungan matematis kursi hasil koalisi dari berbagai partai menempatkan koalisi Netanyahu sebagai pemenang dengan 65 kursi. Itu artinya, selangkah lagi Netanyahu akan menjadi perdana mentri Israel untuk kedua kalinya.

Lepas dari hitung-hitungan di atas, siapapun yang akan duduk sebagai perdana menteri tidak akan pernah membawa perubahan mendasar. Bagi dunia umumnya dan Palestina khususnya. Siapapun perdana menteri Israel akan tetap berpandangan sama terhadap Palestina. Sama-sama tidak menginkannya tetap eksis. Sama-sama ingin menghapus dan menjadikannya sebagai negara israel raya yang terbentang dari Sungai Tigris sampai Sungai Eufrat.

Pemilu Israel bukanlah pemilihan umum untuk memilih perdana menteri yang akan menciptakan perdamaian di Palestina. Perdana menteri terpilih bukan untuk merangkul palestina untuk bisa hidup berdampingan. Melainkan usaha untuk memperkuat eksistensi negara zionis israel dan memperluas negara sesuai amanat Talmud, taurat, dan peletak dasar negara zionis. Sehingga mereka yang punya misi dan visi serta dianggap sanggup meneruskan cita-cita tersebut dialah yang akan menduduki kursi nomor satu tersebut.

Setiap perdana menteri israel terikat Kredo Formal hasil kongres zionis di Basel Swiss tahun 1897. Kredo ini merupakan azas Nasionalisme Zionis atau Negara Israel itu sendiri yang berbunyi :”Bahwa tujuan utama dari zionisme adalah untuk menciptakan rumah bagi bangsa yahudi di Palestina yang terjamin dengan perundang-undangan.”

Kredo di atas lahir didorong oleh klaim teologis pemuka zionis atas palestina. Klaim tersebut berdasarkan Kitab Kejadian 15:18 yang berbunyi : “Pada hari ini Tuhan membuat perjanjian dengan Ibrahim melalui firman: ‘Untuk Tuhanmu Aku berikan tanah ini, dari sungai Mesir hingga sungai besar Eufrat’.” Dalam Kitab Yosua 21:43 dapat ditemukan hal yang senada: “Jadi seluruh negeri itu diberikan Tuhan kepada orang Israel, yakni seluruh negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka. Mereka menduduki negeri itu dan menetap di sana.”

Mengingat palestina adalah negara yang sah secara hukum, maka merebutnya tidak segampang membalik telapak tangan. Penduduk dunia manapun tidak akan pernah mau memberikan negaranya pada siapapun dengan suka rela. Karenanya, mengusir rakyat palestina hanya bisa dilakukan dengan teror dan agresi meliter. Setidaknya itulah pandangan tokoh zionis Vladimir Jabotinsky (1880-1940).

Jabotinsky memandang zionisme sebagai sebuah imperialisme dari sisi yang realistis. Maka merebutnya tidak bisa dengan kerjasama atau rekosialiasi melainkan dengan kekuatan dan teror. Ia menulis : “Tidak akan ada pembahasan tentang rekosialiasi sukarela antara kita dengan orang-orang arab. Tidak untuk sekarang dan tidak untuk masa akan datang. Semua orang yang berakal sehat, kecuali mereka yang buta sejak lahir, sejak lama telah memahami kemustahilan untuk bisa mencapai suatu kesepakatan sukareka dengan Bangsa Arab Palestina bagi pengubahan palestina dari sebuah negeri arab menjadi sebuah negeri dengan mayoritas Yahudi. Masing-masing dari kalian memiliki pemahaman umum tentang sejarah kolonisasi. Coba temukan satu contoh dimana kolonisasi sebuah negeri terjadi dengan persetujuan penduduk asli.”

Dampak dari pendudukan tersebut adalah konflik yang bekepanjangan. Yang selanjutnya merupakan problema politik dan keamanan bagi israel itu sendiri. Warga palestina yang tidak senang negerinya diinvasi agar terus-menerus melakukan perlawanan. Selain itu faktor internal yang berasal dari warga yahudi oktodoks yang menggugat keberadaan negara israel juga merupakan ancaman serius bagi eksistensi israel.

Problem eksistensi negara israel juga datang dari beberapa negara di dunia. Tercatat Iran dan Suriah yang paling keras menolak dan menentang keberadaan Israel. Karena itu harus disusun kebijakan politik luar negeri yang matang agar tujuan ini tercapai. Jika perlu, negara yang menolak dihancurkan. Dan Iraq dengan Saddam Husein dan Afganistan dengan Osama adalah contoh korban invasi Israel melalui tangan Amerika.

Melumpuhkan negara dengan kekuatan meliter adalah langkah terakhir. Sebagai langkah awal, pemuka-pemuka zion sudah merumuskannya dalam protokolat pertemuan pemuka-pemuka zion sedunia. Salah satunya adalah butir tentang bagaimana yahudi mengendalikan sebuah negara. Pada Protokol X butir sebelas disebutkan : “Pada masa mendatang kita akan menentukan tanggung jawab presiden.” Butir ini dengan tegas memberitahu kita bagaimana yahudi mengendalikan sebuah negara. Pada butir 13 dalam protokol yang sama disebutkan: :”… Kemudian mereka akan menjadi agen terpercaya menyelesaikan rencana kita tanpa terbongkar dan dari ambisi kekuasaan, misalnya: kepemilikan hak istimewa, keuntungan, dan kehormatan terkait dengan kantor presiden.”

Selain menguasai sebuah negara secara terselubung, zionis diperintahkan melakukan huru-hara dalam sebuah negara. Huru-hara ini dimaksudkan agar mereka sibuk dengan diri mereka sendiri dan melupakan apapun yang terjadi di luar. Dengan begitu tidak ada waktu untuk memperhatikan semua tindakan yang dilakukan zionis. Hal ini dengan tegas dituangkan dalam Protokol X butir 19 yang berbunyi: “Alangkah pentingnya mempersulit rakyat dengan pemerintah di semua negara, sehingga umat manusia benar-benar letih dengan pertikaian, kebencian, perjuangan, dengki, dan bahkan dengan menggunakan siksaan, dengan kelaparan, dengan suntikan penyakit, dengan keinginan.”

Inilah beban berat yang harus dipikul setiap orang yang mengaku dirinya Yahudi. Dan tentu saja beban ini menjadi tanggung jawab orang nomor satu di Israel. Jika dia tidak mampu melaksanakan hal-hal di atas, meski ia menang dalam pemilu atau koalisi maka tidak akan pernah diizinkan menjadi perdana menteri.

Karena sesungguhnya pengendali negara israel adalah sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi rahasia Freemason. Organisasi inilah yang merancang dan mengawasi seluruh pergerakan tokoh-tokoh zionis. Apapun yang akan dilakukan setiap tokoh zionis harus mendapat pengawasan dan legitimasi organisasi ini. Mereka pulalah yang merancang seluruh strategi penaklukan dunia yang tertuang dalam Protokolat Zion.

Dari uraian di atas, setidaknya dapat memberikan gambaran bagaimana sesungguhnya tujuan pemilu di Israel. Di situ hanyalah ajang mencari bakat penerus tongkat estapet cita-cita pendiri gerakan zionis. Bukan figur yang terlalu longgar memberikan konsesi pada palestina. Pihak zionis tidak mau terulang seperti saat memilih Yitzak Rabin dan Ehud Barak sebagai perdana menteri. Itulah sebabnya mengapa Rabin harus ditembak mati.

Barak masih bernasib baik. Hanya karena ia terlalu longgar terhadap palestina, maka beberapa partai koalisinya membekukan diri. Bahkan ia sendiri mendapat ancaman pembunuhan.

Belajar dari pengalaman itu, baik Netanyahu maupun Livni tidak akan mau bernasib sama seperti pendahulunya. Itu artinya, palestina tidak akan pernah mendapat perlakuan lebih baik pasca pemilu israel. Dan mungkin saja akan lebih parah. Sampai umat muslim dunia sadar betapa Palestina butuh perhatian dan bantuan kita. Dan yahudi sebagai negara imperialis kejam dengan seribu teror dan nyanyian kematian. Semoga.

Profil Penulis :

Supriyadi, S.Si, warga Bandar Lampung yang sekarang bekerja di Banda Aceh NAD sebagai dosen Perguruan Tinggi Swasta di Banda Aceh, Pemerhati masalah Timus Tengah