Hans Blix Kecam Sikap &#039Militeristik&#039 AS dalam Persoalan Nuklir

Mantan inspektur persenjataan PBB Hans Blix mendesak Iran dan Israel untuk mengakhiri aktivitas nuklirnya dan mengkritik AS yang selalu menggunakan cara militeristik dalam menyelesaikan persoalan.

Blix melontarkan hal tersebut sebagai salah satu dari 60 rekomendasi dalam laporan yang dibuat oleh 14 anggota komisi senjata pemusnah massal-Weapons of Mass Destruction Commision-yang dibentuk pada tahun 2003 atas inisiatif pemerintah Swedia. Laporan tersebut dipresentasikan pada Kamis (1/6) di hadapan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan oleh Blix yang pernah memimpin badan PBB untuk mengawasi dan mencari persenjataan nuklir, biologi dan kimia, sebelum invasi AS ke Irak.

Laporan itu menyebutkan, peran AS sangat penting untuk menghentikan penyebaran senjata nuklir. "Jika AS memimpin, dunia akan mengikuti. Jika AS tidak mengambil kepemimpinan, akan ada lebih banyak lagi uji coba dan perlombaan senjata nuklir," kata Blix dalam pembukaan laporannya.

Dalam keterangan pers tentang presentasi laporan tim nya itu, Blix juga mengungkap sejumlah senjata nuklir yang diyakini dimiliki oleh Israel. "Israel harus komitmen pada dirinya sendiri untuk tidak membuat lebih banyak lagi plutonium. mereka diduga memiliki 200 senjata nuklir," kata Blix.

Pada kesempatan itu, Blix menyinggung penggunaan kekuataan militer untuk mengganti rejim pemeirntahan dalam persoalan nuklir yang melibatkan Korea Utara dan Iran. Dalam hal ini, Ia mengkritik AS yang lebih mengedepankan kekuatan militernya untuk menyelesaikan persoalan itu daripada memperkuat kesepakatan dan institusi internasional.

"Dinegara-negara seperti itu (Iran dan Korea Utara) kemungkinan-kemungkinan untuk menghasilkan senjata nuklir bisa diredam dengan menawarkan hubungan yang normal dan jaminan bahwa intervensi militer dan upaya untuk untuk menumbangkan rejim yang berkuasa tidak dilakukan," demikian isi bagian laporan tim Blix.

Bagian lain laporan tersebut, menolak argumen yang mengatakan bahwa senjata nuklir berbahaya jika berada di tangan ‘negara-negara yang nakal.’ "Senjata-senjata ini berbahaya di tangan siapapun," tegas Blix.

Lebih lanjut Blix menekankan pentingnya mengakui kebanggaan nasional yang mendalam yang dirasakan rakyat Iran terhadap prestasi program nuklirnya.

Persenjataan Nuklir

Dalam laporan sepanjang 231 halaman, Blix dan timnya juga menyerukan dunia internasional yang sedang bernegosiasi dengan Iran, agar bisa memanfaatkan negosiasi itu untuk meyakinkan Iran agar mau menghentikan program nuklirnya.

Untuk masalah Korea Utara, komisi tersebut mengusulkan dibuat suatu kesepakatan internasional agar Korea Utara kembali pada komitmen tahun 1992 yang akan menjaga semenanjung Korea sebagai wilayah yang bebas senjata nuklir.

Negara-negara yang sudah berhasil membangun teknologi persenjataan nuklirnya juga secara legal harus memberikan jaminan pada negara-negara yang tidak memiliki persenjataan nuklir, bahwa mereka tidak akan diserang dengan senjata-senjata nuklir itu.

Lebih jauh laporan tersebut mendesak negara-negara yang sudah memiliki nuklir tapi belum meratifikasi kesepakatan larangan uji coba nuklir, agar segera menandatangani ratifikasi tersebut. Misalnya negara India dan Pakistan.

Komisi senjata pemusnah massal juga menekan Rusia dan AS agar menyetujui langkah bersama guna membatasi persenjataan nuklir dan memulai perundingan untuk menghasilkan kesepakatan baru untuk menguragi strategi persenjataan mereka, sedikitnya setengah dari yang sudah ada sekarang. (ln/aljz)