Ini Dia, Kebohongan Manfaat Susu Sapi!

Karena bukan melulu kolesterol yang bermasalah, tapi gula susu (Laktosa) dan keasamannyalah yang membuat tulang justru semakin keropos! Supaya “cocok” juga untuk kebutuhan kecerdasan anak manusia, maka ada pemaksaannya lainnya yaitu melalui jalur teknologi.

Susu sapi yang miskin gizi itu ditambahkan zat-zat/asam amino yang diduga sebagai bagian dari kebutuhan perkembangan saraf dan otak. Padahal, kecerdasan lebih dari sekedar Asam Amino atau zat yang diimbuhkan tersebut.

Kecerdasan anak berkaitan sangat erat dengan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) saat anak mengintegrasikan kecerdasan pertamanya secara instinktual untuk merayap dan menemukan puting susu ibu selepas dilahirkan, sekaligus gerakan merayap tersebut menyelesaikan dan mengintegrasikan refleks-refleks primitifnya!

Kecerdasan terletak pada antibodi prima manusia yang alami, yang hanya terdapat dalam ASI hingga usia 2 tahun saja. Kecerdasan juga berhubungan dengan pematangan “sambungan-sambungan sistem syaraf” dari tiga susunan otak manusia yang terdiri dari:

  • Reptilian Brain, yang primitif: hanya mengurus sistem pertahanan diri/survival.
  • Mamalian Brain, yang berfungsi mengenali cinta, rasa aman, peduli, kekeluargaan.
  • Neo-Mamalian Brain, yang setelah usia 6 tahun baru dapat mengenal istilah cara pikir ‘rasional’.

Kecerdasan manusia bukan melulu tentang pandai berhitung dan berbahasa asing, tapi cerdas secara emosional dan spiritual. Sehingga yang membuat manusia maju dan makmur bukan hanya mereka yang ber IQ (Intelligence Quotient) tinggi, tapi juga ber EQ (Emotional Quotient) tinggi, sehingga mampu menjalin relasi, serta ber-SQ (Spiritual Quotient) yang membanggakan, sehingga mampu bersyukur, berhubungan mesra dengan Penciptanya. Nah, mana ada anak sapi yang bisa begini?