Indra menjelaskan ia baru terlibat dalam Gugus Pengembangan Covid-19 di Oxford setelah Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi. Pemimpin pengembangan membuka kesempatan bagi seluruh mahasiswa, staf, maupun post doctoral untuk bergabung ke tim pengembangan.
“Saya mendaftar kemudian saya membuat daftar skill apa saja yang saya punya,” kata Indra.
Lebih lanjut, Indra bercerita bahwa dirinya ditempatkan di pengujian untuk melihat respons antibodi dari orang yang sudah diberikan vaksin. Menurutnya hal ini penting untuk melihat efek samping maupun kemanjuran vaksin.
Just want to give a shout out for my fellow Indonesian Oxford student @rudianindra who is having a part in this amazing endeavor. Spot him in the video at 0:29 😎
This is what we should give exposure to, not some random celebrity yapping on the dangerous hoax.@kompascom @jakpost https://t.co/GdkKZREBdm— @wpusparini.bsky.social CeasefireNOW (@wpusparini) July 20, 2020
“Saya dapat bagian meneliti respons dari sukarelawan. Jadi orang-orang yang sudah di imunisasi diambil sampelnya oleh tenaga medis kemudian diproses. Serumnya digunakan oleh saya untuk melihat apakah mereka mererspons vaksin itu positif atau tidak ke vaksin,” ujar Indra.
Indra bercerita jumlah tim di Oxford berjumlah ratusan orang, sebab Oxford mengembangkan vaksin dengan kecepatan luar biasa. Indra menjelaskan biasanya untuk mendapatkan data uji klinis fase I vaksin baru dibutuhkan waktu 5 tahun. Tim Oxford mampu mendapatkan data uji klinis fase 1 hanya dalam waktu 6 bulan. (cnni)