BI: Penyebab Rupiah Lemah Karena Impor Tinggi dan Ekspor Rendah

Eramuslim.com – Bank Indonesia (BI) hari ini menghadiri undangan rapat kerja (raker) dengan Komisi XI DPR RI. Dalam raker tersebut Gubernur BI Agus Martowardojo mendapatkan pertanyaan apakah nilai tukar dolar AS bisa mencapai Rp 17.000 dari anggota Komisi XI DPR RI Edison Betaubun.

“Bisakah nilai tukar rupiah tidak naik? Karena ada komentar bakal bisa naik sampai Rp 17.000,” kata Edison di komisi XI DPR RI, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Menanggapi hal tersebut, Agus Martowardojo menjelaskan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang sudah lebih lemah dari yang seharusnya.

“Hampir Rp 14.200 itu sudah lebih lemah dari seharusnya. Kalau sampai Rp 17.000 ya tidak, karena kita tidak punya target tertentu untuk nilai tukar,” kata Agus.

Dia menjelaskan sebagai bank sentral, BI tidak memiliki target nilai tukar tertentu karena yang berhak menargetkan adalah pemerintah yakni dalam asumsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN).

“BI mandatnya kan menjaga nilai tukar supaya tidak bergejolak dan berfluktuasi terlalu tinggi. Agar kepercayaan tetap terjaga,” ujar Agus.

Dia menambahkan, kondisi ekonomi nasional saat ini memang belum memungkinkan karena impor yang tinggi dan ekspor yang rendah ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

“Kalau rupiahnya mau kuat ya tingkatkan ekspor, kalau short term-nya itu ya terima utang lagi tapi itu bukan pilihan bijak, karena akan lebih lemah,” ujarnya.

Hari ini nilai tukar dolar AS tercatat mendekati Rp 14.200, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) nilai tukar dolar AS tercatat Rp 14.178. [detik]