Dampak Kasus Penculikan Bagi Kegiatan Rohis

Kasus penculikan yang menimpa Raisyah beberapa waktu lalu, sedikit banyak turut menyinggung-nyinggung keberadaan rohis di sekolah-sekolah. Ada orangtua yang melarang anaknya ikut rohis, ada pula pihak sekolah yang terkesan mengetatkan peraturan terhadap aktivitas rohis. Menanggapi hal tersebuta, Mustafa Kamal, mantan aktivis Rohis yang kini menjadi anggota DPR mengaku prihatin dengan kenyataan ini.

Salah satu kabar yang sempat berhembus dalam kasus Raisayh adalah tudingan bahwa Rohis SMAN 35 Jakarta disusupi NII. Ini ditampik para alumnis rohis. Alumni Rohis SMAN 35 angkatan 1999 yang merupakan teman-teman Anggana, memastikan tidak ada doktrin jihad dalam ekskul mereka. Anggana dan Yogi Permana dinilai menculik Raisya karena masalah pribadi.

"Bisa saya pastikan Rohis pada zaman saya dan sekarang tidak ada doktrin-doktrin yang mengarah ke jihad, " kata Mali (26), alumni dan sahabat dekat Anggana. Dirinya yakin, penculikan Raisya ini karena persoalan pribadi dan kebetulan pelakunya anak rohis.

Untuk mengecek langsung ke lapangan, satu siang di awal September 2007, eramuslim menyambangi SMAN 35. Mushalla Miftahul Jannah yang merupakan markas anak-anak Rohis nampak lengang. "Biasanya pulang sekolah atau ba’da Ashar, baru rame, " kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Saryono.

Usai terbongkarnya kasus penculikan Raisyah Ali (5) yang melibatkan tiga siswa dan dua alumni SMA 35 ini, suasana sekolah sudah kembali normal. Aktivitas rohis berjalan seperti biasanya. "Pada hari ini, Jumat (30/8) kita akan mengadakan rapat persiapan Isra Mi’raj, " jelas Saryono.

Yogi Permana melakukan penculikan untuk menutupi utang ratusan juta karena bisnisnya ambruk, bersama temannya Anggana Harjakusumah yang juga alumni SMA 35 menculik Raisyah Ali, putri Ketua Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Ali Said.

Dengan menjanjikan Rp 50 juta per orang, aksi mereka pun dibantu tiga siswa ‘binaan’ di Rohis SMA 35. "Ini misi negara. " Begitulah keterangan yang diberikan Budi, siswa yang terlibat dalam penculikan, saat diperiksa polisi.

Satuan Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya sudah mencokok lima penculik Raisya Ali, satu demi satu sejak Kamis (23/8) malam.

Menurut seorang perwira reserse, penculik yang pertama kali tertangkap adalah Budi. Dia dibekuk di sebuah musholla di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pukul 20. 00WIB. Yogi, yang sementara diduga mengotaki penculikan, di bekuk di sebuah pom bensin di Lenteng Agung, Depok, Jumat (24/8), sekitar pukul 09. 00 WIB. Sekitar pukul 10. 00 WIB, tersangka Yanuar Isman ditangkap di Petamburan, Jakarta. Kemudian Firmando dijemput di sekolah.

Lantas, adakah NII bermain di baliknya? "Tidak. Insya Allah kami bukan NII. Kami belajar tauhid, akidah dan akhlak keIslaman lainnya. Bagaimana bisa dibilang melawan pemerintah, " ujar Ningsih (16), siswi kelas 12 IPA yang aktif di Bidang Perpustakaan dan Pendidikan Rohis SMA 35.

Ningsih juga menyesalkan pemberitaan media yang menyudutkan Rohis sekolahnya. "Saya menyayangkan pemberitaan media terlalu berlebihan dan menyudutkan kita. Bahkan sampai mengkait-kaitkan kita dengan kelompok sesat itu. Kita nggak pernah mendoktrin yang macam-macam, " kata siswi yang juga aktif mengikuti pengajian di Masjid Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ini.

Ningsih juga bersyukur, karena pihak sekolah cukup bijak menyikapi kejadian ini. "Awalnya kami pasrah. Kalaupun sekolah mau membekukan ya terserah saja. Tapi alhamdulillah, pihak sekolah cukup bijak menyikapinya, " lanjutnya.

Memang sempat beredar kabar, Rohis SMA 35 pernah dirembesi doktrin NII pada 1999. Di antara siswanya ada yang sempat mengikuti pengajian itu. Tapi, karena belum dibaiat , mereka belum dianggap anggota sehingga tidak sampai dikejar-kejar jaringan NII. "Kita semua nggak pernah ikut lagi pertemuan selanjutnya, " ujar Mali, alumni yang juga teman seangkatan Anggana.

Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Metro Jaya, AKBP Muhammad Fadhil Imran menyatakan, tidak ada indikasi keterlibatan jaringan kejahatan berkedok NII di balik motif penculikan ini. "Alasan penculikan karena ekonomi, yaitu terlilit utang. Tidak ada kaitannya dengan kelompok lain, " ujarnya.

Saryono menjamin, kegiatan Rohis masih berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan dalam lembar pernyataan sikapnya, Pengurus OSIS SMA 35 menghimbau, agar teman-temannya tidak terpengaruh dan berburuk sangka pada organisasi yang bersangkutan.

Meski demikian, tak pelak, Penculikan yang melibatkan aktivis Rohis ini, ternyata berimbas pada aktivis Rohis lain. Beberapa sekolah dikabarkan mulai mengetatkan peraturan sebagai antisipasi agar sekolahnya tidak menjadi jaringan teroris. Apalagi yang kemarin kena kasus itu adalah ketua Rohisnya, Firmando. "Ini membuat semangat teman-teman nge- drop, " ujar Wahyu Setiadi, Ketua Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) Wilayah Jakarta, yang juga siswa Kelas 12 SMK Telkom, Jakarta Barat.

Tak hanya sekolah yang mengetatkan peraturan, orang tua siswa pun ikut-ikutan melarang siswanya beraktivitas di Rohis. Berkaitan dengan ini, Mustafa Kamal menuntut kejelasan secara hukum atas kasus ini. Supaya jelas motifnya. Sehingga publik terhindar dari berita simpangsiur.

Menurut Mustafa Kamal, perlu konsolidasi untuk mendeteksi penyimpangan perilaku akibat beberapa faktor. Mulai dari pemahaman salah sampai penurunan semangat aktivis dakwah sehingga terjadi kasus seperti ini. "Saya yakin ini bukan merupakan perilaku umum tapi oknum dan bukan dari koordinasi dakwah di rohis, " katanya. (rz/emy)