Diam-Diam “Operasi Pembakaran” Pasar Tradisional Terus Berlanjut, Kemana Jokowi?

Pasar_Klewer_Terbakar_01Eramuslim.com – Pasar tradisional merupakan salah satu tempat favorit Jokowi untuk pencitraan ketika pilpres tahun lalu. Namun kini, hampir setiap hari pasar-pasar tradisional ada saja yang terbakar (baca: dibakar). Kemarin, Pedagang pasar tradisional kembali berduka. Tadi malam (15/7) Pasar Lubuk Buaya Kota Padang Sumbar terbakar menjelang hari raya Idul Fitri. Pasar Kaliangkrik Magelang, Pasar Binaan UMKM Ciracas Jakarta Timur, Cik Puan Pekanbaru, Truko Grobogan, Gondangrejo Karanganyar dan Lubuk Buaya Padang menambah daftar panjang kebakaran pasar tradisional selama bulan ramadhan tahun ini.

“Sungguh tidak dapat kami bayangkan bagaimana perihnya mereka para korban kebakaran. Bulan ramadhan yang mestinya menjadi bulan “panen” bagi mereka justru menimbulkan duka yang mendalam,” ujar Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri, Kamis (16/7), lewat rilisnya.

Data sementara IKAPPI menyebutkan ada 92 toko, 56 los dan lebih dari 50 PKL yang menjadi korban kebakaran pasar Lubuk Buaya Kota Padang.

“Kami masih menaksir jumlah kerugian para pedagang tersebut. Dan kami pastikan jumlahnya tidak sedikit. Karena musibah ini terjadi menjelang ramadhan, stok barang dagangan masih penuh,” kata Abdullah Mansuri.

Kepada semua pihak, IKAPPI menyampaikan bahwa kebakaran pasar tradisional telah masuk pada tahap yang mengkhawatirkan. Bila ini dibiarkan justru akan menimbulkan ekses yang buruk secara ekonomi maupun sosial.

“Kami menilai situasi ini sudah masuk pada tahap darurat kebakaran pasar. Apakah harus menunggu seluruh pasar tradisional kita habis terbakar baru pemerintah dan DPR melihat ini sebagai situasi yang darurat?” ungkap Abdullah Mansuri.

Tambah dia, sudah ratusan pasar yang terbakar selama 2015 ini. Untuk itu IKAPPI mendorong untuk sesegera mungkin harus diambil langkah nyata yang cepat dan tepat dari pemerintah dan DPR untuk menyelamatkan pasar tradisional yang selama ini menjadi penopang ekonomi bangsa.

“Kami juga meyayangkan tidak adanya sistem proteksi kebakaran di banyak pasar tradisional. Minimnya APAR dan Hydrant menyebabkan kobaran api sulit untuk di padamkan. Harusnya dengan tersedianya sistem proteksi aktif/pasif terhadap kebakaran dapat meminimalisir korban dan kerugian. IKAPPI melihat lemahnya peran pemerintah daerah melalui pengelola pasar dalam menjaga dan memperbaiki pasar tradisional membuktikan bahwa sudah saatnya pasar tradisional di kembalikan ke pedagang pasar untuk dapat mengelolanya sendiri. Dan kami harap Pemerintah Daerah lebih peka terhadap peran strategis pasar tradisional,” tukas Abdullah Mansuri.

Siapa yang paling diuntungkan dengan musnahnya pasar-pasar tradisional itu? Tidak lain tidak bukan adalah para cukong-cukong yang kita tahu semua siapa yang biasa dipanggil para cukong. Mereka biasa bermain kasar dan menyogok, dengan uang dan perempuan tentunya, para birokrat setempat, daerah serta pusat, agar bisa memuluskan ambisinya menguasai pasar-pasar ini yang akan dibangun menjadi pusat pertokoan modern. Rakyat kecil, para pengusaha pribumi, lagi-lagi dihancurkan, dan para cukong-cukong itu lagi-lagi tertawa lepas. Akankah rakyat masih berdiam diri saja? (rz)