Fahira: Susah Untuk Tidak Curiga Kalau Kita Tengah Diadu Domba

Eramuslim.com – Setelah aksi kekerasan yang menyasar pesantren, ulama, dan ustaz kini terjadi lagi aksi kekerasan di Gereja Santa Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta pada Ahad (11/2).

Selain melukai beberapa jamaah, penyerang juga melukai Pastor Karl-Edmund Prier SJ yang sedang memimpin misa. Rentetan peristiwa yang menyerang para pemuka agama ini harus dipandang dari perspektif yang lebih luas dengan tidak menyederhanakannya sebagai peristiwa kriminal biasa agar umat beragama terus waspada menyikapi fenomena tidak biasa ini.

“Kami (Komite III DPD RI) mengutuk keras penyerangan terhadap para pemuka agama. Setelah ulama kini pastor, susah untuk tidak curiga kalau kita sedang diadu domba. Letupan-letupan peristiwa ini jika diabaikan akan menjadi bom waktu yang bisa disulut kapan saja. Negara harus selangkah di depan mengantisipasi kejadian-kejadian seperti ini,” tegas Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/2).

Fahira mengungkapkan, aksi-aksi penyerangan yang menyasar para pemuka agama selain sangat efektif membangkitkan amarah antarumat beragama, menumbuhkan rasa saling curiga dan saling tuduh menuduh, juga efektif dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk melakukan pembenaran atas klaim-klaim mereka yang menyatakan bahwa Indonesia sedang dilanda ‘wabah intoleransi’ di mana-mana. Motif dari berbagai penyerangan terhadap pemuka agama ini hanya satu yaitu merusak kedamaian kita sehingga tidak perlu dibelokkan ke isu-isu lain.

“Saat pemuka agama tertentu dianiaya mereka tidak berkomentar dan menganggap perisitwa biasa. Tetapi saat pemuka agama lain mengalami hal yang serupa, isunya mereka belokkan menjadi soal intolerensi dan politik identitas. Kita harus waspada terhadap oknum-oknum yang suka standar ganda seperti ini. Sadar atau tidak sadar, opini mereka ini malah memperkeruh suasana,” tukas Senator Jakarta ini.(kl/sw)