Forum Tuna Netra Kecam Pernyataan Ma’ruf Amin Soal “Budeg – Tuli – Buta”

Lebih lanjut Ma’ruf menyatakan perkataannya itu tidak dalam konteks buta dan tuli secara fisik.

“Tak ada konteks buta (fisik). Saya cuma bilang, yang tak mengakui itu kayak orang buta karena tak mau melihat. Kayak orang budek karena tak mau mendengar. Kayak orang bisu yang tak mau ungkapkan kebenaran. Itu saja sebenarnya. Kalimat itu juga biasa bunyi di Alquran. Lihat saja di Alquran kalau tak percaya,” urai Kiai Ma’ruf.

Berangkat dari klarifikasi itu, Suhendar berharap kegiatan berpolitik bisa dilaksanakan tanpa harus menyudutkan kelompok atau individu.

Di tempat yang sama, Ketua Bidang Organisasi Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Yudi Yusfar sudah mengetahui klarifikasi Ma’ruf soal pernyataan budek dan buta. Namun dia menilai apa yang dikatakan Ma’ruf terlalu jauh.

Ia menjelaskan kaum disabilitas bukan orang yang tidak tahu situasi bangsa. Lebih lanjut Yudi berharap ke depan para calon presiden maupun wakil presiden dalam Pemilu 2019, lebih mengedepankan penggunaan kalimat yang elegan dalam menyampaikan orasi politiknya.

“Kami berharap khususnya kepada KH Ma’ruf Amin, tolong memilih diksi yang menyejukkan hati rakyat supaya tidak terjadi kontroversi di masyarakat,” jelasnya.

Terpisah, anggota DPR RI Fraksi Gerindra Rahayu Saraswati mengatakan disabilitas tidak bisa menjadi tolak ukur kemampuan intelengensi seseorang dalam menangkap informasi.