Hermansyah, Pakar IT yang Dulu Dibacok Siap Amankan Suara Prabowo dari Hacker

“Kalau lewat WiFi lebih mudah, nah kalau kabel itu enggak nembus jadi kalau mau nyadap orang yang punya kabel jadi susah. Kalau KPU punya WiFi, orang masuk lewat WIFi artinya lebih rentan menggunakan WiFi,” ujarnya.

Kemudian, dalam konteks perolehan suara jika dibayangkan koalisi masing-masing mempunyai kekuatan atau kunci membuka, maka harus membutuhkan kunci data. “Kalau bisa jangan hanya satu orang saja yang bisa buka. Jadi si A,B,C bisa buka artinya tidak semena-mena membuka data,” ujarnya.

Terkait hal itu, Hermansyah pun mengaku siap bergabung bersama Koppasandi untuk menggalang kekuatan, menjaga Tempat Pemungutan Suara atau TPS. Sebab, ia menilai tekhnologi data mudah sekali dimanipulasi.

“Kami mau buat ratusan juta data semacam google berbagai macam google bikin sendiri mudah sekali. Kami menyebut namanya teori handuk semacam multi corn, jadi sudah tidak boleh ada beberapa juta bahkan miliar,” katanya.

Artinya, lanjut Hermansyah, banyak teknologi bisa dipakai dalam konteks pemilu sebenarnya. Penyampaian data di TPS bisa real-time meski belum selevel di luar negeri. “Jadi yang susah bukan data TPS sampai ke KPU sebenernya. Itu tadi bahasanya menggunakan privat network, server yang dianalisis apakah ada trojan di dalam server yang mampu mengubah data base dan sebagainya. Di negara ini ada banyak yang pinter,” ujarnya.

“Insya Allah saya siap mengawal, mendukung Pak Prabowo jadi presiden. Saya tidak akan jadi hacker tapi menjaganya dari hacker supaya ini benar-benar menjadi demokrasi. Bangsa kita bangsa besar dengan adanya pemilih jujur maka teknologi bukan hal yang sulit. Kami ada beberapa tim baik di luar negeri maupun dalam negeri untuk menjaga.” [viva]