ICIS II Diharapkan Mampu Selesaikan Masalah Negara-negara Muslim

Sekjen International Conference of Islamic Scholar (ICIS) KH Hasyim Muzadi menyatakan, ICIS II merupakan kelanjutan dari ICIS I yang diselenggarakan pada Februari 2004. ICIS I diselenggarakan guna untuk menyamakan platform Islam yang rahmatan lil alamin dan melahirkan “Deklarasi Jakarta”.

Sedangkan ICIS II ini bukan lagi sebatas platform atau visi dan misi ICIS, melainkan sudah harus bergerak nyata (action) untuk masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Misalnya terkait dengan nuklir Iran, Australia, Ambon, konflik antarumat beragama semisal Ahmadiyah, dan lain-lain.

“NU sudah terjun langsung ke masyarakat untuk menghindari konflik berkepanjangan. Termasuk di dalamnya masalah Palestina, Iran, dan lain-lain. kita yakinkan pada dunia untuk memprioritaskan perdamaian,” ujar Hasyim Muzadi di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (20/6/).

Hal yang sama diungkapkan Hasyim Muzadi dalam acara “Talk Show” dengan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi. Abdullah Badawi dalam acara itu menegaskan, dunia sekarang ini membutuhkan Islam yang moderat untuk bergerak nyata dan positif bagi umat Islam sendiri di seluruh dunia. Karena itu ia mengaku tidak memahami ideologi apa yang dijadikan pegangan para terorisme dan kelompok fanatisme agama sehingga harus melakukan kekerasan.

Menurutnya, selain ideologi, umat Islam saat ini memerlukan wawasan politik, filosofis, kekuatan militer, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan sebagainya. ”Kini populasi umat Islam di dunia 50 persennya masih tertinggal dan miskin. Penghasilan mereka masih kurang dari 2 dollar AS (Rp 18 ribu) setiap harinya. Juga banyak yang terlibat konflik, kejahatan, dan kriminalitas. Semua ini mesti menjadi keprihatinan kita bersama,” tegas Badawi.

Oleh karena itu,dirinya mengajak kita semua untuk kembali pada ajaran Islam yang komprehensif (kaffah) dalam pembangunan sosial dan negara menuju sebuah peradaban dalam perspektif Islam. Ia yakin melalui pendekatan agama yang benar dan komprehensif, maka dasar-dasar pembangunan peradaban itu akan kokoh khususnya di negara-negara Islam. “Semoga dialog yang diprakarsai PBNU ini memberikan kontribusi besar bagi perdamaian dunia mendatang,” harapnya. (dina)