Asyari Usman: Ingat! Yusril Itu Politikus Pragmatis

Kedua, YIM tidak punya pilihan lain. Dia harus menerima ajakan Ko-Ruf. Dia sangat ingin membangun kembali Partai Bulan Bintang (PBB). Syahwat politik Yusril masih tinggi. Dia mengatakan, kalau di pileg 2019 nanti PPB tidak berhasil mendapatkan suara di atas ambang batas parlemen (parliamentary threshold), maka tamatlah riwayat PBB untuk selamanya.

Ketiga, untuk membangun partai dibutuhkan modal besar. Untuk saat ini harus diakui bahwa kubu Ko-Ruf banyak menimbun “bahan bangunan” yang diperlukan oleh YIM untuk menghidupkan kembali partainya. Maklumlah, di kubu Ko-Ruf banyak pengusaha besar yang rela berkumpul dan rela menyiapkan “segala sesuatu” untuk pilpres. Tak ada istilah kekurangan duit.

Itulah tiga situasi yang kelihatannya memaksa YIM bergabung ke kubu Ko-Ruf. Demi eksistensi diri.

Jadi, keputusan YIM bergabung ke kubu Jokowi adalah langkah yang pragmatis. Semua politisi yang tak berpendirian teguh pada satu prinsip, pastilah akan menempuh cara-cara memalukan seperti yang dilakukan Yusril Ihza. [swa]

 

Oleh Asyari Usman

*) Penulis adalah wartawan senior