Kepentingan JK Dalam Perpanjangan Kontrak Freeport

jk freeport lagi
JK ketika mengunjungi tambang Freeport

Eramuslim.com – Kepentingan bisnis penguasa di balik kisruh Freeport dan heboh kasus “Papa Minta Saham” sebagai “bunga-bunganya”, perlahan mulai terkuak.

Belakangan semakin sering terungkap bahwa sumber kepentingan bisnis dengan Freeport datang dari lingkungan Istana sendiri, yang disimbolkan dengan grup bisnis Kalla (Wapres Jusuf Kalla alias JK). Wajar bila dengan mudahnya arus informasi digerakkan untuk menutupi sumber masalah.
Kalangan pemerhati isu Freeport menilai, secara sederhana kepentingan grup Kalla tercermin lewat kebijakan-kebijakan Menteri ESDM, Sudirman Said (SS). Yang paling mencolok ketika ia merespons surat Freeport pada 7 Oktober 2015, yang berisi janji untuk langsung memperpanjang kontrak Freeport begitu Undang-Undang Mineral dan Batubara selesai direvisi.
JK yang membuat SS begitu berani memberi jaminan pada Freeport bahwa peraturan UU dan peraturan pemerintah akan dengan mudah disesuaikan dengan kemauan raksasa tambang asal Negeri Paman Sam itu.
Karena itu, tak heran melihat SS berkali-kali berani melangkahi kordinatornya di kabinet, Rizal Ramli (Menko Maritim dan Sumber Daya). Tapi harus diingat bahwa Rizal-lah yang pertama kali menggugat surat SS ke Jim Bob, bos Freeport di AS.
Pernyataan JK pada 9 Desember lalu, yang memastikan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia, secara tak langsung kian menegaskan agenda lain di balik dalih investasi besar yang telah diberikan Freeport kepada pemerintah Indonesia
Fakta dan rekaman sejarah yang menguatkan keterkaitan kepentingan bisnis Kalla dengan Freeport semakin bertambah banyak.
September tahun lalu, Kalla Group diberitakan telah memiliki kesepakatan dengan PT Indosmelt dalam proyek pembangunan pabrik pemurnian (smelter) tembaga batangan pasokan Freeport Indonesia, senilai US$ 1 miliar di Maros, Sulawesi Selatan.
Saat itu, Freeport merasa yakin, kontraknya akan diperpanjang sampai 2041 dan dengan demikian operasional seluruh tambang bawah tanah akan terkoneksi dengan smelter-smelter baru (selain yang dibangun sendiri di Gresik), termasuk milik Indosmelt, untuk menampung konsentrat dari Papua. Kabarnya, sekitar 30 persen saham Indosmelt siap dilepas ke Kalla Group.
Keterlibatan Kalla Group itu dalam proyek smelter juga tersambung dengan kebutuhan pasokan listrik sekitar 100 megawatt (MW). Bisnis penyediaan listrik ini juga termasuk spesialisasi Kalla Group.
Pihak Indosmelt juga diberitakan telah berkomunikasi dengan Bosowa Group, perusahaan adik ipar JK, untuk turut serta dalam kepemilikan sahamnya. (ts/RMOL)