Khotbah Idul Fitri 1438: Kisah Musa dan Firaun, Saat Kebenaran Berhadapan dengan Penguasa Tiran

Eramuslim.com -Kiblat menyediakan khotbah Idul Fitri 1438, tulisan Ustadz Miftahul Ihsan, Lc. Anda dapat mendownload dan menggunakannya secara gratis dalam melalui  link  berikut. File terdiri dua bentuk, booklet (siap cetak dan dilipat dalam bentuk buku) dan pamflet (siap cetak dalam bentuk biasa):

1. Link naskah dalam bentuk booklet: Khotbah Idul Fitri 1438 H:

Khutbah Id Fitri1438H_booklet_OK

Anda tinggal cetak bolak-balik untuk menjadi buku, dengan logo panitia Idul Fitri di atasnya.
2. Link naskah dalam bentuk pamflet: Khotbah Idul Fitri 1438 H:

Khutbah Id Fitri1438_pamflet_OK

Untuk dicetak dalam lembaran kuarto satu muka (tidak bolak-balik)

Berikut lampiran naskah lengkapnya:

 

Kisah Musa dan Firaun; Saat Kebenaran Berhadapan dengan Penguasa Tiran

Ust. Miftahul Ihsan, Lc.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

فَإِنَّ خَيْرَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللّهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هُدَي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةَ ٌوَكُلَّ ضَلاَلةٍ فِي النَّارِ .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿102﴾ ) آل عمران .

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿1﴾ ) النساء .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿70﴾ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴿71﴾ ) الأحزاب .

اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah
Tepat pagi ini, kita semua telah selesai melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh lamanya. Puasa yang insya Allah mengantarkan kita semua kepada derajat taqwa. Sehingga kita semua layak diberi gelar muttaqin.

Di antara janji Allah kepada orang-orang bertakwa adalah janji kemenangan di akhir episode pertarungan antara haq dan bathil. Allah  bersabda :

قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Musa berkata kepada kaumnya, “Mintalah tolong kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini milik Allah dan Allah akan mewariskannya kepada siapa saja yang Allah kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan hasil akhir yang baik hanyalah milik orang-orang bertakwa.” (Al-A’raf : 128)

Ayat ini menceritakan sebuah episode dari perjalanan Nabi Musa. Beliau dan kaumnya yang membawa panji kebenaran sedang didominasi oleh kekuatan kufur Fir’aun. Di dalam ayat ini Musa meningkatkan maknawiyat dan moral pengikutnya, dengan mengatakan bahwa, hasil akhir yang baik hanyalah milik orang-orang bertakwa. Dan terbukti, di akhir episode, Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Hal ini menandakan kemenangan ahlul haq dan orang-orang bertakwa.

Sementara hari ini, orang-orang bertakwa masih berada pada fase memperjuangkan haq melawan kebathilan. Episode baru ini dimulai ketika syariat Islam mulai direduksi sedikit demi sedikit oleh para pemimpin Islam dan diacuhkan oleh sebagian rakyatnya di akhir masa kepemimpinan Utsmaniyah di Turki, perpecahan para pemimpinnya tidak bisa dielakkan.

Hedonisme sudah menjadi model kehidupan masyarakat Muslim, carut marut kehidupan politik yang kacau sampai Khilafah diretas oleh para pengkhianat dipimpin oleh Kamal Attaturk yang mengabdi untuk kepentingan Barat. Sehingga musuh yang sudah mengambil ancang-ancang dengan taring dan cakarnya untuk menerkam mangsa Khilafah Turki Utsmani akhirnya mampu mencabik-cabik dan mengoyaknya sehingga nyaris tak tersisa sedikit pun darinya kecuali sejarah masa lalu.

Ketika Islam tidak tampil sebagai raja di menara tertinggi kekuasaan dunia, lalu Barat mengambil alih tampuk kekuasaan dunia Islam. Maka terlahir kembali politik neo-Fir’aun, penguasa tiran yang menjadi predator bagi kesatuan umat yang diikat oleh wahyu (Al-Qur`an dan As-Sunnah) dan ketaqwaan, tanpa mengenal ras, suku dan bangsa. Umat tercerai berai dalam bentuk bangsa-bangsa yang tersekat oleh tapal batas wilayah atau yang dikenal dengan nation state, dalam bentuk suku dan ras, dalam bentuk partai-partai politik dsb. Penguasa tiran yang menindas kaum lemah, melibas setiap lawan yang dianggap mengancam eksistensinya, dengan cara yang kejam, tidak etis dan manusiawi sebagaimana yang ditunjukkan oleh Barat di dunia Islam atas nama perang melawan terorisme. Bentuk politik tiran ini sudah

Allah gambarkan dalam narasi Al-Qur`an tentang Fir’aun :

طسم (1) تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (2) نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (3) إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (4)

Thaa Siin Miim (1) Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Qur›an) yang nyata (dari Allah). (2) Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. (3) Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (4) [Al-Qashash: 1-4]

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Klaim Rububiyah

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Tidak cukup itu penguasa tiran ini sangat angkuh, anti terhadap Rabb. Mereka berkata “Jangan bawa aturan Allah dalam politik dan kekuasaan, negara ini miliki kita, maka yang berhak mengatur adalah kita, ideologinya bersumber dari kita bukan dari Islam. Kalau Islam yang mengatur rusak negara ini.”

Mereka lupa bahwa bumi ini milik Allah, Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Rabb pemilik, penguasa, pengatur seluruh negeri dari ujung timur hingga barat. Apalagi sekedar satu negara, wilayah bahkan sejengkal tanah semuanya milik Allah, Dia yang menciptakan, yang mengatur, yang membuat ada dan tidak ada, maka sudah sepantasnya aturan yang berkuasa adalah aturan-Nya. Tidak sadarkah keangkuhan semacam ini adalah keangkuhan Fir’aun yang mengaku bahwa dirinya adalah Rabb tertinggi yang paling berhak mengatur mesir dengan ideologinya yang berangkat dari hawa nafsu,

Allah berfirman :

(فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24

Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (23) (Seraya) berkata: «Akulah tuhanmu yang paling tinggi» (24) [An-Nazi’at : 23-24]

Padahal Fir’aun sendiri tidak yakin atas apa yang dia klaim, tidak bisa membuktikan bawa dirinya Rabb. Buktinya, dia tidak berkutik saat Nabi Musa n memberikan penjelasan tentang siapa sebenarnya Rabb? Maka dia berusaha mengalihkan esensi pembicaraan hingga kemudian kalap dan bertindak brutal, seperti yang Allah narasikan dalam firman-Nya :

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (24) قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ (25) قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (26) قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ (27) قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (28) قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ (29)

Firaun bertanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu? (23) Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”. (24) Berkata Firaun kepada orang-orang sekelilingnya: “Apakah kamu tidak mendengarkan?” (25) Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”. (26) Firaun berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila”. (27) Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”. (28) Firaun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (29) [As-Syu’ara` : 23-29]

Fir’aun mengklaim sebagai Rabb tertinggi bukan berarti dia mengklaim sebagai Tuhan yang memerintahkan rakyatnya untuk beribadah kepadanya dengan cara bersujud kepadanya. Tetapi makna klaim Fir’aun sebagai Rabb tertinggi adalah “Dia mengklaim sebagai penguasa tertinggi yang berhak membuat aturan sendiri dan berhak ditaati secara mutlak.” Semua rakyatnya harus patuh kepadanya secara mutlak tanpa peduli aturan tersebut zalim atau tidak, rusak atau tidak, bertentangan dengan syariat atau tidak.

Sesungguhnya Rabb hanyalah Allah, karena Dialah Penguasa langit dan bumi, Dia Yang menciptakan dan Dia yang mengatur, maka hanya aturan (syariat) Allah yang berhak ditaati secara mutlak, sementara ketaatan kepada manusia diukur dengan ketaatan kepada-Nya dan Rasul-Nya yang membawa pesan-Nya.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Mengklaim Uluhiyah

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Tidak cukup itu, penguasa tiran ini berusaha mencerabut makna Tauhid Uluhiyah hingga akarnya. Artinya mereka mengklaim bahwa mereka adalah yang paling berhak ditaati dan dipatuhi karena mereka adalah penguasa sejati, sehingga tanpa sadar mereka sudah memperbudak manusia dengan kesewenangannya, membelenggu kemerdekaan orang lain yang hanya ingin menghamba kepada Allah dalam setiap urusannya, memperbudak mereka dalam aturan mainnya. Inilah kesombongan Fir’aun yang mengklaim Uluhiyah Allah sebagaimana yang Allah narasikan dalam firman-Nya :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي

Dan berkata Firaun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku….” [Al-Qashash : 38]

Makanya dia marah saat Nabi Musa memiliki ilah yang ditaati selain dirinya :

قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

Firaun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. [As-Syu’ara` : 29]

Lalu bagaimana cara penguasa tiran mencerabut makna Tauhid Uluhiyah? Bagamana cara mereka membangun narasi bahwa mereka yang paling pantas berkuasa dan dipatuhi secara mutlak selain Allah Ta’ala?

Jika berkaca pada politik Fir’aun maka mereka akan meningkatkan kepercayaan dan sandaran yang lebih pada kehidupan materialistik daripada keimanan kepada Allah dan wahyu-Nya. Maknanya mereka menampilkan kekuasaannya dengan meningkatkan kemajuan infrastruktur, kecanggihan teknologi, budaya dan lain sebagainya sehingga memaksa manusia percaya dengan ideologi mereka karena terbukti bisa menampilkan kemajuan dunia.

Sementara agama, syariat dan Tuhan tidak perlu dibawa dalam urusan kekuasaan karena dianggap tidak membawa pada kemajuan.
Hal ini persis dengan apa yang Allah gambarkan dalam firman-Nya :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ

“Dan berkata Firaun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. [Al-Qashash : 38]

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: «Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat (nya)?” [Az-Zukhruf : 51]

Bagi penguasa tiran, agama dianggap candu; syariat dianggap tidak relevan dengan tantangan zaman. Kalaupun agama boleh diterima maka cukup sebatas urusan rohani atau religi seperti shalat, zakat, puasa, haji dan semisalnya.

Bagi mereka Allah Ta’ala hanya boleh dijadikan sebagai Tuhan di langit tapi tidak untuk di bumi. Artinya Allah hanya menjadi Tuhan dalam urusan shalat, zakat, puasa dan haji sementara dalam urusan dunia; bagaimana berpolitik, berekonomi, bertransaksi, berpendidikan, bersosial, berperang, dan sebagainya. Tidak perlu membawa nama Allah sebagai Ilah atau tidak boleh membawa syariat. Padahal Allah

Ta’ala telah berfirman :

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

“Dialah Dzat yang menjadi ilah di langit dan menjadi ilah dibumi. Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (QS Az-Zukhruf : 81)
Tentu penguasa tiran dalam membangun kekuasaan politiknya tidak sendirian, ada unsur dan pilar lain yang ikut bahu-membahu dalam mengukuhkan kekuasaan tiran, mereka berdiri dalam satu barisan untuk menentang syariat Allah. Sama-sama berkolaborasi dalam membangun narasi untuk melawan Al-Haq, bekerja sama dalam menindas dan melindas para pemimpin, pejuang dan pengikut panji kebenaran.

Ada sosok Fir’aun yang memerankan pemegang kendali kekuasaan. Ada Haman yang memerankan pelaksana politik Fir’aun. Ada Qarun yang memerankan pemilik kekuatan modal yang takut dan benci dengan syariat yang mengancam ekonomi berhaluan hawa nafsu sehingga rela mengerahkan modalnya untuk menopang penguasa tiran agar menghabisi pembawa syariat. Ada junud atau tentara yang memerankan kekuatan meliter atau aparat yang dijadikan sebagai alat untuk melindas dan mengintimidasi panji Al-Haq.

Maka tak tanggung-tanggung, Nabi Musa n diperintahkan oleh Allah untuk berdiri tegak menyampaikan pesan wahyu bukan sekedar kepada Fir’aun akan tetapi kepada komplotannya sekaligus, karena mereka sama-sama angkuh terhadap Allah ‘Azza Wajalla dan memperbudak manusia dengan kesewenangannya.

Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (45) إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ

“Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata, (45) kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (46) [Al-Mukminun : 45-46]

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ

“Dan Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (23) kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: ‘(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta’.” (24) [Ghafir : 23-24]

Selain itu mereka juga didukung oleh kekuatan cyber, media, cendekia dan ulama suu` yang memerankan para penyihir dan dukun Fir’aun yang menebarkan syubhat, membuat kabut untuk meredupkan kebenaran syariat dan pengusungnya.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Apa Makar Tiran untuk Melawan Para Pengusung Syariat atau Pesan Wahyu?

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Tidak ada bedanya dengan makar Fir’aun terhadap Musa, makar mala` terhadap Anbiya` dan makar Abu Jahal terhadap Rasulullah g. Apa makar mereka?

Melakukan labelisasi terhadap para pejuang syariat. Pewaris Firaun akan senantiasa membuat opini bahwa pewaris Musa adalah adalah pembawa pesan yang tidak kredibel dengan menyematkan label-label negatif.

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

“Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: ‘Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila’.” [Ad-Dzariyat : 52]

Tidak hanya Nabi Musa yang mendapat label negatif, Nabi Muhammad g pun menerima perlakuan yang serupa. Nabi Muhammad g, dituduh gila, penyihir dan tukang sya’ir. Tuduhan-tuduhan kosong dan tidak terbukti, namun walau demikian, karena mereka yang menguasai arus informasi saat itu, maka banyak pihak yang kemudian termakan tuduhan tersebut.

Sepertinya, pola seperti ini menjadi cara ampuh bagi penguasa tiran untuk mendiskreditkan lawannya. Lihatlah Belanda, saat mereka kewalahan melawan para pejuang muslim Indonesia, maka mereka melakukan labelisasi kepada lawannya (umat Islam) dengan tuduhan negatif.

Pada tahun 1928, Mohammad Hatta berpidato dengan bahasa Belanda yang berjudul Free Indonesia, mengkritik pemerintah Belanda saat itu yang memaksa para pemuda Indonesia untuk menyebut para pahlawan sendiri sebagai pemberontak, pengacau dan penjahat.

Mohammad Hatta berkata, “Pemuda Indonesia juga dipaksamenjuluki pahlawan sendiri seperti Diponegoro, Tuanku Imam (Bonjol), Teuku Umar dan banyak lainnya dengan sebutan pemberontak, pengacau, penjahat dan sebagainya.”

Menariknya, diksi yang digunakan oleh Belanda untuk melabelli para pahlawan tersebut di atas adalah kata “Scroundrels”, satu kata yang hari ini sering dikenal istilah teroris. Iya, Belanda saat itu melabeli para pejuang kemerdekaan dengan label teroris, guna menjauhkan umat dari para pejuang tersebut.

Jauh sebelumnya, Fir’aun juga menyematkan julukan yang sama kepada Musa. Hal ini tergambar dari firman Allah :

وَقَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الأرْضِ

“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir)…..”. [Al-A’raf : 127]

Lihatlah, ketika rakyat Mesir ingin terbebas dari belenggu tirani Fir’aun, maka Fir’aun beserta para pembesar Mesir saat itu senantiasa menuduh mereka dengan tuduhan pembuat kerusakan. Padahal Fir’aunlah yang secara jelas-jelas berbuat kerusakan di Mesir.
Sama halnya dengan Belanda, ketika ada penentangan dari rakyat negeri ini atas kesewenang-wenangan yang mereka lakukan, maka seketika itu pula mereka labeli para penentang dengan tuduhan TERORIS. Perusak teriak perusak dan teroris teriak teroris.
Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Membangun narasi bahwa ideologi mereka paling benar dan merekalah yang telah membangun negeri.
Inilah Fir’aun, saat kerajaan tirannya belum mendapatkan ancaman dari Musa, dia senantiasa menisbatkan Mesir kepada dirinya, Allah c berfirman :

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَاقَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan Fir’aun menyeru kaumnya. Fir’aun berkata, “Wahai kaumku, bukankah kerajaan mesir milikku? Dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku, tidakkah kalian berpikir?” (QS Az-Zukhruf : 51)

Namun, saat Fir’aun mulai terancam dengan dakwah Nabi Musa, maka dia mulai mengubah narasinya, dia mulai menyentuh sense of belonging rakyat Mesir. Allah SWT berfirman :

قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى(63) فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى

Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. (63) Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini. (64)” [Thaha : 63-64]

Perhatikan ayat di atas. Fir’aun dan komplotanya sudah mulai terancam dengan dakwah Musa. Oleh karena itu mereka mulai melibatkan rakyat Mesir dalam perlawanan terhadap Musa dan kaumnya. Hal ini tidaklah dilakukan oleh Fir’aun kecuali dia sudah mulai merasakan bahaya dari nabi Musa.

Hal ini mirip dengan prilaku para tiran hari ini. Saat berkuasa mereka akan berlaku semena-mena terhadap manusia, mereka menguras habis hasil kekayaan alam, menikmatinya sendiri, membagikannya kepada para koleganya, menjual asset-aset negara demi kepentingan pribadi dan golongannya.

Namun saat para pejuang syariat mulai berdakwah dan menjelaskan kezaliman-kezaliman mereka, maka para penguasa tiran dan komplotannya mulai melibatkan rakyatnya. Mulai menghasung rakyatnya untuk melawan para pejuang keadilan. Sebuah prilaku yang culas, curang dan zalim.

Tidak hanya itu, mereka juga mengaku bahwa ideologi yang mereka bawa adalah ideology yang baik dan tidak ada gantinya. Hal ini pernah dikatakan oleh Fir’aun, Allah c berfirman :

قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ

“….Firaun berkata: ‘Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar’.” [Ghafir : 29]

قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى

“Mereka berkata: ‘Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama’.” [Thoha : 63]

Dari dua ayat di atas tergambar bahwa Fir’aun dan komplotannya mengklaim bahwa ideology, konstitusi dan tata kelola Mesir adalah yang terbaik. Hal ini mereka lakukan setelah melihat bahwa ideologi yang dibawa Musa lebih baik dan menampakkan borok dari ideologi Fir’aun selama ini.

Tak jauh beda dengan pendahulunya, para penguasa tiran, juga selalu mengklaim bahwa merekalah yang telah memakmurkan negeri, ideologi, konstitusi negeri sudah final, tidak perlu diutak-atik lagi. Ideologi lain (baca : Islam) hanya akan memecah-belah persatuan.
Sejatinya baik Fir’aun maupun penguasa tiran mereka menyadari kelemahan ideology mereka, menyadari ketidakadilan sistem mereka. Akan tetapi mereka takut kehilangan kursi dan kekuasaan sehngga mereka-pun membohongihati kecil mereka.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Menuduh pembawa panji kebenaran sebagai pemecah belah persatuan

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap ada sebuah tata kelola dunia yang rusak maka Allah mengutus rasul-Nya untuk meluruskan kerusakan tersebut.

Ketika kaumnya Nabi Nuh terjerumus kepada kesyirikan terhadap orang sholeh, maka Allah utuslah nabi Nuh n. Saat kaumnya nabi Luth melakukan penyimpangan seksual, maka Allah datangkan nabi Luth guna mengingatkan kekeliruan mereka.

Di saat kaumnya nabi Ibrahim menyembah patung-patung dan berhala, maka Allah utus seorang pemuda bernama Ibrahim untuk meluluhlantakkan berhala mereka. Ketika bangsa Madyan mengingkari Allah dan berlaku curang dalam timbangan, Allah kirimkan Syu’aib kepada mereka.

Dari sini jelaslah, bahwa tidaklah para nabi di utus melainkan untuk meluruskan tata kelola masyarakat yang rusak. Begitu pula yang terjadi ketika Allah mengutus Musa. Pada saat itu kediktatoran dan tirani Fir’aun begitu mencengkram rakyat Mesir. Maka Allah utuslah Nab Musa untuk mengeluarkan bangsa Mesir dari tirani Fir’aun.

Fir’aun kemudian, menuduh nabi Musa memecah belah persatuan Mesir. Bahasa hari ininya, bahwa Musa adalah seorang yang anti kebhinekaan. Hal ini tergambar dalam firman Allah :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ

“Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya): ‘Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi’.” [Ghafir : 26]

Fir’aun menuduh Nabi Musa sebagai orang yang akan mengganti agama bangsa Mesir, Musa telah memecah belah rakyat Mesir. Hal ini juga dilakukan oleh para tiran. Mereka menuduh para pewaris Musa sebagai pihak yang anti persatuan, merusak persatuan negara dan tuduhan-tuduhan lainnya.

Sekilas tuduhan ini benar, akan tetapi ini adalah sebenarnya konsekuensi dari dakwah haq. Tidaklah dakwah haq itu didengugkan melainkan ada yang menolak dan ada yang menerima. Sehingga terjadi polarisasi di tengah masyarakat. Ini adalah sebuah sunnatullah.

Fir’aun sendiri melakukan polarisasi seperti ini, yaitu dengan menindas sebagian rakyatnya dan membiarkan rakyatnya yang pro terhadap dirinya.

Akan tetapi di dalam agama kita, kita dianjurkan untuk bersatu di bawah tali Allah, bersatu di bawah kebenaran dan segala macam bentuk persatuan yang keluar dari batasan Allah maka itu adalah persatuan jahiliyah.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Kriminalisasi Pewaris Musa

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Setelah perang narasi anatara Fir’aun dan Musa berlangsung, adu gagasan, adu pemikiran, adu kekuatan, maka Fir’aun menyadari bahwa sistem pemeritahannya, konstitusinya, tata kelola negaranya, tidak mampu mengalahkan narasi Ilahi yang dibawa Nabi Musa. Seluruh kampanye dan tipu muslihatnya tidak mampu menjinakkan pengikut Nabi Musa.

Oleh karenanya Fir’aun mulai mencari cara lain agar menjadikan rakyat Mesir menjauhi dakwah Musa. Maka dia mulai dengan memberikan ancaman:

قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

“Firaun berkata, “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan’.” [As-Syu’ara` : 29]

Ancaman di atas bermakna, jika kalian tidak mentaati undang-undangku, jika kalian tidak mematuhi peraturanku maka saya akan penjarakan kalin. Begitu kurang lebih pesan yang ingin disampaikan Fir’aun kepada rakyat Mesir. Ancaman penjara dinilai Fir’aun mampu membuat jera para pengikut Musa.

Ancaman serupa juga pernah dilakukan oleh Kuffar Quraisy kepada Nabi Muhammad, yaitu dengan mengembargo Nabi Muhammad beserta kabilahnya. Namun ancaman ini sama sekali tidak membuat dakwah kepada kebenaran menjadi surut.

Maka benarlah apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah, “Apa yang dilakukan oleh musuhku terhadapku, jika mereka memenjarakanku maka penjara bagiku waktu berkhalwat dengan Allah. Jika mereka membunuhku maka pembunuhan adalah syahid bagiku. Jika mereka mengusirkau, maka ini waktu bagiku berrekreasi.”

Seolah mengulangi kesalahan para pendahulunya, para tiran juga mengancam dengan penjara. Sehingga penjara para tiran ini diisi oleh orang-orang sholeh, para pembela panji Allah dan pewaris perjuangan Nabi Musa.

Penjara sama sekali tidak membuat mereka takut, karena mereka menyadari betul bahwa penjara adalah jalannya para Nabi seperti Yusuf, jalan para salaf seperti Imam Ahmad, dan jalan para ulama seperti Ibnu Taimiyah.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Sidang jama’ah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Membuat undang-undang represif yang membelenggu ulama dan mujahid, dari melarang, membubarkan, mengintimidasi hingga membunuh. Semua kezaliman tersebut dianggap sah karena konstitusional.

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ (25) وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ

“Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: «Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka». Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). (25) Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”. (26)” [Ghafir : 25-26]

Inilah Fir’aun, dia membuat kezalimannya terlihat legal dan konstitusional. Oleh karenanya dia senantiasa meminta kepada para komplotannya untuk membuatkan baginya undang-undang, guna memudahkan langkahnya dalam membendung pergerakan Musa.

Bahkan saat ingin membunuh Musa sekalipun, Fir’aun ingin pembunuhan yang legal dan konstitusional. Allah c berfirman :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى

Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya): «Biarkanlah aku membunuh Musa….

Lihatlah bagaimana Fir’aun meminta kepada para penasehatnya untuk membuatkan baginya undang-undang yang dengannya dia lelasa membunuh Musa.

Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Saat mereka mendapati bahwa dakwah nabi Muhammad semakin diterima, maka mereka bersiasat untuk membunuh nabi Muhammad. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengirim masing-masing utusan dari kabilah untuk membunuh nabi. Cara ini mereka lakukan guna terhindar dari konstitusi Arab saat itu.

Para tiran mengikuti pola yang sama. Mereka mencanangkan undang-undang yang sedeikian rupa untuk menjerat para pewaris Musa.

Mulai dari undang-undang ini, undang-undang itu, dan berbagai daya upaya mereka kerahkan. Akan tetapi mereka lupa, bahwa mereka sedang berhadapan dengan wali Allah.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ

Bagaimana Menyikapi Fitnah Fir’aun?

Tampilnya kekuasaan Fir’aun yang mencekik umat Islam adalah sebuah kenyataan sunnatullah yang tidak bisa dielakkan, tentu kenyataan tersebut berawal dari sebab kemunduran yang dilakukan oleh umat Islam sendiri sehingga datang musibah kekuasaan tiran Fir’aun yang menimpanya.

Memang musibah tersebut terlihat buruk, namun di balik musibah yang sepertinya buruk belaka di mata manusia, ada kebaikan besar di dalamnya. Di dalam ujian kedikdatoran ala Fir’aun Allah ingin melihat–dan Dia Maha Mengetahui–mana di antara hambanya yang beriman kepada-Nya, mana yang berjihad di jalan-Nya, mana yang bersabar dan yakin terhadap janji-Nya daripada orang-orang yang ikut terombang-ambing dalam arus dan gelombang fitnah Fir’aun. Allah Ta’ala berfirman :

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاء وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (141) أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim, (140) dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (141) Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (142) [Ali Imran : 140-142]

Dan pada akhirnya, manusia-manusia yang bertakwa melalui tarbiyah Romadhon, mampu menempuh dan menapaki, langkah demi langkah, jejak demi jejak perjalanan Nabi Musa dalam memerdekakan manusia dari penguasa tiran. Karena kemenangan akhir hanyalah milik orang-orang bertakwa.

Wal ‘aqibatu lil muttaqin.

 

الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ.

اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَبَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَالْجَنَّةَ. اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ تَائِبِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ
وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.

اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ وَ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر لنا ربنا إنك أنت العزيز الحكيم

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين

رَبَّنا أَوْزِعْناَ أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللهمّ انْصُر الإسْلَامَ والمُسْلِمِين، وَارْفَعْ عَناَّ الظُّلْمَ وَالطُّغْيَان، اللهمّ ارْحَمْ مَوْتَانا وتَقَبَّلْ شُهَدَائَنا، اللهمّ اشْفِ مَرْضَانا وَارْبِطْ بَيْنَ قُلُوبِنَا

اللهمّ ارْحَمْنا بِرَحْمَتِكَ يَا مَنْ وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اللهمّ عَلَيكَ بِالطُّغَاةِ الظَلَمَة، اللهمّ زَلْزِلْ عُرُوْشَهُم مَنْ تَحْتَ أَقْدَامِهِم، اللهمّ خُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِر، اللهمّ انْتَقِمْ مِنْهُمْ وَأَرِنَا فِيْهِم يوماً عَجَائبَ قُدْرتِك

، اللهمّ هذا دعاؤُنَا فَلاَ تَرُدَّنَا خَائِبِينَ

والحمد لله رب العالمين