Konyol! Musim Panen Jagung, Pemerintah Impor Jagung Lagi 30.000 Ton

“Ini (impor jantung) menunjukkan buruk kinerja Kementrian Pertanian dan Kementerian Perdagangan,” tegas Muslim Arbi kepada Harian Terbit, Selasa (8/1/2019).

Muslim menuturkan, impor jantung juga layak dipertanyakan karena saat ini juga sedang masa panen jagung yang berkisar antara Desember-Januari. Tapi  Kementerian Perdagangan malah  membuka kran impor jagung sebanyak 30 ribu ton. Muslim menilai, dengan dibukanya kran impor jagung maka diduga ada kalangan tertentu yang ingin mendapat dana segar secara cepat untuk kepentingan politik di tahun politik ini.

Karenanya impor jagung menjadi aneh, apalagi dijberbagai kesempatan Jokowi sesumbar agar stop impor pangan. Tapi adanya impor jagung hingga 30 ribu ton menunjukan Jokowi setuju atas impor jagung tersebut. Setuju adanya impor juga menunjukkan Jokowi tidak konsisten dalam pernyataannya untuk stop impor bahan pangan, satu di antaranya jagung.

Muslim menegaskan, impor jagung yang mencapai 30 ribu ton jelas melukai dan memukul petani jagung yang saat ini sedang panen. Harusnya  jagung petani bisa diserap lebih bagus lagi di pasar jika  keran impor jagung distop. Jika Jokowi tepati janji politik untuk stop impor pangan maka pecat Menteri Pertanian dan Menteri  Perdagangan. Karena ompor jagung itu hanya untungkan pihak luar negeri.

“Petani kita menangis. Dan ini akan membuat Jokowi dan para Menterinya dimusuhi petani dan rakyat yang simpati dan peduli pada nasib petani,” paparnya.

Belum Dimanfaatkan

Pertumbuhan konsumsi jagung dunia dalam lima tahun terakhir mencapai 2,7 persen atau melampaui tingkat pertumbuhan produksi yang hanya 1,7 persen. Hal itu antara lain dipicu oleh tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di sejumlah Negara seperti di Amerika Serikat, Eropa dan Cina. Selain itu, kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.

Meski demikian, ujar Nur Ja’far, peluang pasar komoditas jagung itu belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Karena peningkatan produktivitas belum optimal, dan petani masih mengandalkan benih jagung lokal yang kapasitas produksinya tidak optimal. Dibandingkan negara-negara di Asia, penggunaan benih jagung hibrida di Indonesia masih cukup rendah, yaitu 43,7 persen.

Program penggunaan benih jagung baru seluas 135.000 hektar masih jauh dibawah negara tetangga seperti Thailand mencapai

95 persen dari total lahan dan Filipina, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 60 persen dari luas tanam. Kapasitas produksi jagung hibrida mencapai 10 ton per hektar, atau dua kali lipat produksi dari benih lokal yaitu 5 ton per hektar.