Makin Pikun, JK Serukan Fatwa Ulama Harus Memperhatikan Akidah Agama Lain

jkEramuslim.com – Seorang manusia itu semakin tua umurnya harusnya bisa semakin bijak dan kuat akidahnya, namun agaknya manusia yang satu ini beda. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) malah menyerukan agar fatwa-fatwa para ulama yang dihasilkan hendaknya memiliki aspek mentoleransi akidah agama lain yang jelas-jelas anti tauhid.

“Toleransi itu kedua belah pihak, tidak satu pihak saja. Tidak ada negara di dunia ini yang memberikan hari libur kepada umatnya yang berjumlah di bawah 1 persen. Sedangkan kita baru saja memberikan hari raya Waisak, padahal penduduk Buddha hanya 0,7 persen,” jelas JK dalam acara Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia Ke-5 di Ponpes At Tauhidiyah, Cikura,Tegal, Jawa Tengah (8/6).

Menurut JK, para ulama harus bisa memberikan pemahaman kebangsaan yang benar kepada umat Islam. Jangan sampai pemahaman Islam yang radikal berkembang dan meracuni umat. JK mencontohkan negara-negara mayoritas Muslim yang tengah konflik. Ia mengaku sedih dengan pemberitaan tentang Suriah, Irak, Palestina, dan Rohingya. Menurutnya, suatu berkah bagi Indonesia karena tidak pernah terjadi konflik hebat yang demikian.

“Indonesia adalah negara paling damai dari negara-negara itu. Syukuri itu, siapa yang tidak bersyukur akan mendapat laknat. Siapa yang bersyukur akan diberi yang lebih baik lagi. Inilah mengapa kita harus memelihara kebangsaan ini dengan baik,” pesannya.

JK agaknya tidak paham jika berbagai konflik di negara-negara Arab biasanya merupakan kerjaan atau proyek besar dari negara-negara adi daya seperti AS dan Rusia, terlebih lagi perusahaan-perusahaan pembuat senjata dan mesiu. Indonesia yang sepertinya kelihatan dari luar aman, sebenarnya juga tengah ditindas, dijajah, dan dikebiri. Hanya saja, bangsa ini rupanya masih banyak yang bodoh, diberi mainan berupa batu saja sudah asyik dan lalai dalam memerdekakan bangsanya dari penjajahan Aseng, Asing, dan para pribumi boneka mereka yang melacurkan diri dengan menjual bangsanya. (rz)