Masih Saja Remehkan Krisis, Apa Jokowi Merasa Lebih Cerdas Daripada Prof. Yusril?

JokowiBlenyun-300x350
Cerdas?

Eramuslim.com – Presiden Jokowi, mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak pesimistis menghadapi turunnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dollar AS. Jokowi menegaskan, negara masih memiliki anggaran yang cukup untuk menggairahkan kembali perekonomian dalam negeri.

“Jangan mengikuti arus psikologi lemahnya nilai tukar mata uang, harus ada terobosan agar kita bisa tetap survive,” kata Jokowi usai membuka Munas MUI IX di Gedung Negara Grahadi Surabaya, (25/8).

Pemerintah, kata Jokowi, masih memiliki anggaran yang cukup untuk membangkitkan perekonomian dalam negeri. “APBN masih Rp 460 triliun, APBD Rp 273 triliun, dan BUMN masih punya Rp 130 triliun, itu belum termasuk dana pihak swasta. Intinya kita masih pegang duit,” jelasnya.

Pernyataan Jokowi ini sekaligus merupakan jawaban atas peringatan Profesor Yusril Ihza Mahendra yang beberapa waktu lalu yang lewat twiter menulis:

“Jangan over confident bahwa kita msh punya banyak amunisi untuk mengantisipadi ancaman krisis moneter dan ekonomi,” katanya dalam akun twitter pribadinya, @Yusrilihza_Mhd (25/8).

Ia mengatakan cadangan devisa Indonesia tak terlalu besar untuk terus menerus mengintervensi melemahnya nilai tukar rupiah. Belum lagi utang luar negeri pemerintah dan swasta dalam dollar AS akan jatuh tempo akhir tahun ini diprediksi akan membengkak. Yusril yakin hal tersebut akan menyedot devisa.

Celakanya, penerimaan APBN terutama dari pajak dan pertambangan jauh dari memenuhi target. “Kita dalam kesulitan yang besar,” tegasnya.

Ekspor andalan Indonesia juga anjlok karena situasi ekonomi di Cina dan melemahnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor. “Dengan cara apa atasi kesulitan ini? Tambah utang baru ke Bank Dunia, ADB dll? Ini justru akan memperparah keadaan. Saya mendoakan Pemerintah Presiden Jokowi punya jurus2 sakti atasi ancaman krisis ini. Sekian,” katanya.

Tapi dasar Jokowi, peringatan dari Prof. Yusril malah dianggap angin lalu. Apakah Jokowi merasa lebih cerdas daripada Yusril? (rd)