Menanti MK di Jalan Allah…

Tapi, waspada tetap penting. Mengapa? Hakim MK masih tetap manusia biasa, dan manusia kebanyakan sangat mudah goyah. Apalagi, jika mereka punya catatan- catatan agak miring. Biasanya, orang langsung melemah ketika ada ancaman kemiringannya diungkap, akibatnya, ya… mereka jadi _mbalelo_. Apa lagi jika ditawari sesuatu yang menggiurkan, maka hancurlah kebenaran dan kejujuran.

Kita berharap ucapan Anwar itu sungguh-sungguh. Bukan sekedar diucapkan seperti kebanyakan orang yang biasa mengobral janji tanpa peduli menepatinya. Sekedar

mengingatkan, dalam akhir debat pilpres, ada capres yang menegaskan hanya takut pada Allah? Ingatkan? Tapi faktanya, kita bisa lihat dan rasakan sendiri bahwa ucapannya itu tidak punya makna apapun.

*Tiket Surga*

Banyak tokoh dan rakyat yang ragu terkait netralitas MK. Malah ada yang dengan tegas mengatakan percuma mengikuti proses sengketa pilpres di MK itu. Tapi, Prabowo-Sandi tak punya pilihan, konstitusi kita mewajibkannya demikian.

Hal ini bukan tanpa dasar. Kasat mata dan dalam banyak catatan, para hakim terlihat sangat dekat dengan pihak-pihak tertentu. Sangat dekat dengan kekuasaan, bahkan _sliweran_ terdengar berita bahwa mereka telah menyiapkan keputusan (mudah- mudahan itu hanya hoax).

Tak heran ketika dalam sebuah debat di televisi, salah satu pihak dengan enteng mengatakan sudah tahu apa yang diajukan ke MK. Saat ditanya, kok bisa tahu, kan itu rahasia? Orang itu klabakan.

Tapi di balik keraguan itu, saya justru melihat bahwa jalur MK ini justru punya harapan yang besar. Para hakim, lepas cara dan latar belakang keterpilihan mereka di lembaga itu, sesungguhnya para hakim punya peluang besar untuk, insyaa Allah masuk surga, atau setidaknya mengurangi dosa-dosa mereka.

Para hakim bisa melaksanakan tugas semerdeka-merdekanya. Para hakim saat ini menjadi orang yang paling beruntung bukan hanya di Indonesia, tapi juga di bumi ini. Jadi, tak berlebihan jika kita berharap bahwa proses ini bisa berjalan sungguh- sungguh. Sesuai amanah kedaulatan rakyat.

Simak hadist Abu Daud, Tirmizi, dan Ibnu Majah yang dimuat Republika.co.id (8/7/11):

Menarik disimak, hadis yang sangat populer yang dirawikan oleh para pengarang kitab Sunan bahwa para hakim itu hanya tiga orang. Satu orang di surga dan dua lainnya di neraka. Seorang yang di surga adalah hakim yang mengetahui kebenaran, lalu menetapkan hukum dengan kebenaran itu. Ia di surga. Seorang lagi, hakim yang mengetahui kebenaran, tapi culas. Ia tidak menetapkan hukum berdasarkan kebenaran. Ia di neraka. Yang satu lagi, hakim yang bodoh, tidak tahu kebenaran, dan menetapkan hukum atas dasar hawa nafsu. Ia juga di neraka.

Sekali lagi, kita berharap dan berdoa agar para hakim MK benar-benar bisa berada di jalan Allah. “Saudaraku para hakim MK, raihlah tiket surgamu. Jangan biarkan api neraka tersenyum menantimu.” [kj/glra]

Penulis: M. Nigara, Wartawan Senior.