Monumen Perdamaian ala Jokowi di Padang Pakai Simbol Kristen, Warga Geram

Eramuslim.com – Jokowi melakukan peresmian monumen perdamaian di Pantai Muaro Lasak, Warga Padang Sumatera Barat baru-baru ini mengeluhkan penggunaan burung merpati di puncak tugu perdamaian itu, yang memang berbentuk burung merpati, simbol orang Nasrani.
Nasrul Warga Kuranji Padang mengatakan Saya sangat menyayangkan kenapa tugu perdamaian yang menjadi ikon Kota Padang itu di puncaknya adanya burung merpati dan tampak tidak ada menonjolkan kaearifan lokal warga Sumatera Barat.
“Tugu IORA boleh saya sangat bagus.. akan tetapi tugu perdamaian harusnya perlu kajian mendalam secara substansi dan makna dari tugu itu sendiri. Saya pikir adanya lambang burung merpati akan memicu pro dan kontra di masyarakat. Sumbar seakan kehilangan jati diri, identitas dan kehilangan arah,” tegasnya
tugu muaro lasakSekretaris DPP Ikatan Pemuda Pemudi Minangkabau, Pedri Kasman mengatakan Sepertinya kitaTakicuah di nan Tarang (Sudah kecolongan,red) dengan adanya tugu yang berlambang Burung Merpati yang jadi simbol agama tertentu itu, yang tidak sedikitpun mencerminkan kearifan lokal Sumbar, Saya mencium adanya aroma intervensi dari pihak lain yang mulai melakukan penggembosan sehingga nilai ABS-SBK menjadi redup. “Harusnya tugu perdamaian juga mengakomodir identitas orang minangkabau,” ujarnya.
“Saya sangat kecewa dengan sikap Pemko Padang, yang tidak melakukan chek dan ricek dalam pembangunan itu, boleh saja adanya tugu perdamaian untuk menyemarakan even MNEK 2016, namun seyogyanya juga mengakomodir kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Hendaknya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri bukannya tamu,” tutupnya.
Menurutnya, pada prinsipnya IPPMI sangat menyayangkan pembanguan tugu perdamaian itu. karena masyarakat Sumbar atau Minang sangat sensisif dengan simbol-simbol yang ado kaitannya dengan agama tertentu. Dalam hal ini Merpati itu identik dengan agama tertentu, yang bukan Islam sebagai agama mayoritas di Sumatera Barat dan agama satu-satunya urang Minang.
Lanjutnya, Merpati tidak ada relevansinya dengan kultur budaya Sumatera Barat, seyogyanya setiap simbol-simbol pembangunan itu harus memperhatikan kearifan lokal lagi pula simbol perdamaian tidak tepat dimonumenkan di Sumatera Barat. Daerah ini adalah daerah damai dan penuh toleransi tetapi tidak meninggalkan identitas orang Minangkabau.
Kabarnya, monumen ini dibangun berkitan dengan adanya program nasional Sail Komodo di Sumbar. artinya ini desainnya semua dari pusat, Pemko Padang hanya sebagai tuan rumah.
Dia mengharapkan Pemko Padang maupun Gubernur bisa mencari jalan untuk hal-hal yang seperti ini. misalnya dengan mengusulkan simbol yang representatif dengan kearifan lokal. bukan hanya mengikut begitu saja apa yang sudah diskenariokan dari luar.
Tambahnya, issue ini sangat sensitif jadi diharapkan pemprov Sumbar dan Kota Padang harus proaktif dan bertindak dengan arif dan bijaksana menyikapi persoalan ini.
Dia juga memesankan kepada masyarakat Minang baik di ranah maupun di rantau kami minta untuk menahan diri dan mengutamakan “tabayyun” sebelum mengeluarkan pernyataan, tentunya dengan tidak mengurangi kekritisan dan peran sosial kontrol kita sebagai warga masyarakat.
Sekedar diketahui Tugu perdamaian itu dibangun dan diresmikan merupakan salahsatu rangkaian perhelatan MNEK 2016 dan jadi ikon destinasi pariwisata Kota Padang sehingga pelancong lebih berminat berwisata di Kota Padang, Sumatera Barat. (ts/minangkabaunews)
Simbol merpati adalah sibol Kristiani, keberadaannya di Tanah Minang yang menganut nilai Atas Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah tentu konyol. Sebaiknya tugu itu dirobohkan saja dan diganti dengan yang lebih sesuai.