Obama, Tamu Atau Agresor?!


Rencana kedatangan Obama pekan depan semakin memicu kontroversi di berbagai kalangan. Sebagian kalangan menilai Obama sebagai pemimpin AS yang tak lebih baik dibanding Bush. Di lain pihak, sebagian masyarakat lain mengelu-elukan Obama karena euforia kedekatan Obama dengan Indonesia, apalagi status pernah menjadi ‘anak Menteng’.

Hal inilah yang menjadi pokok bahasan berbagai forum diskusi untuk membahas pro-kontra kedatangan Obama, termasuk FKSK 55 (Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan) yang diselenggarakan oleh Forum Umat Islam, Kamis (18/3).

Hadir dalam acara tersebut, Jery D Gray, seorang mantan pilot Amerika yang kini bermukim di Indonesia. Pembicara kedua Abu Luqman, seorang ulama sekaligus aktivis Islam Inggris. Ramadhan Pohan dari Partai Demokrat dan Al-Khaththath adalah pembicara ketiga dan keempat dalam diskusi yang digelar di Gedung Joang 45 Jakarta itu.

Menurut Jery D Gray, umat Islam khususnya di Indonesia jangan pernah tertipu dengan penampilan Obama dan Amerika yang sepertinya akan memberikan solusi terhadap problematika di Indonesia, terutama ekonomi.

“Harus dipahami bahwa apa yang akan diambil dari Amerika selalu jauh lebih banyak dari apa yang akan mereka tawarkan,” ujar warga muslim Amerika yang sudah 25 tahun bermukim di Indonesia ini.

“Dan karena itulah, saya merasa jijik untuk tinggal di negeri saya sendiri,” tambah Jery dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih.

Abu Luqman, aktivis muslim Inggris, menyatakan bahwa kita (umat Islam termasuk masyarakat Indonesia, red) tidak memerlukan Obama dan dana-dana yang mengucur dari AS. “Yang kita perlukan adalah tegaknya syariah di muka bumi ini,” ujar Abu Luqman yang didampingi oleh seorang penterjemah.

Menurut aktivis yang mengenakan gamis putih ini, tidak patut bagi seorang muslim berakrab-akrab dengan kelompok yang jelas-jelas menyatakan perang dengan negara-negara muslim, seperti di Irak, Palestina, Afghanistan, dan bumi muslim lain.

“Yakinlah oleh kalian, bahwa jika kita konsisten membela agama Allah, maka Allah akan membela kita,” ucap Abu Luqman dengan penuh semangat.

Selain Abu Luqman, hadir pula Ramadhan Pohan (DPP Partai Demokrat). Dalam pernyataannya, Ramadhan menyarankan agar masyarakat Indonesia sebaiknya menerima Obama sebagaimana layaknya seorang tamu dan kepala negara dari negara lain yang patut dihormati.

Menurut Pohan, justru kedatangan Obama bisa menjadi peluang untuk diadakannya dialog langsung dengan orang nomor satu di AS ini, terutama yang berkaitan dengan masalah Palestina.

“Persoalan Palestina menjadi salah satu isu sentral yang akan dibahas dalam pertemuan antara SBY dan Obama nanti. Kita juga ingin agar AS membantu pembebasan Palestina dari segala bentuk penjajahan,” ujar anggota DPR yang mantan wartawan ini.

“Kalau kita tidak menerima Obama, akan jadi headline buruk di mata media asing,” tambah Ramadhan Pohan yang hadir berbalut busana batik coklat.

Sementara itu, Al-Khattath, Sekjen FUI (Forum Umat Islam), menyitir Qs. Mumtahanah ayat 9 sebagai sikap yang seharusnya diambil oleh masyarakat Indonesia, bahwa tidak layak seorang muslim berteman dengan orang yang memerangi kaum muslimin.

“Ini bukan soal menerima atau menolak Obama, tapi bagaimana akhlak kita dalam berkawan dengan orang seperti Obama. Presiden (SBY) kan punya majelis dzikir, harusnya beliau lebih tahu bagaimana mengamalkan ayat tersebut,” ujar Al-Khattath yang disambut ramai oleh para peserta diskusi. Mnh/ind