Politik Sabun Cuci Rp. 2 Miliar ala Jokowi

Wasis melihat langkah itu ditempuh Jokowi sebagai responsnya terhadap berbagai isu miring yang diarahkan kepadanya oleh lawan politik serta para pendukungnya jelang Pilpres 2019.

Terutama, kata dia, isu miring soal pencapaian empat tahun pemerintahannya yang dinilai tak berkomitmen untuk memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya

“Artinya Pak Jokowi secara diri ingin mepersonifikasikan sebagai tukang bersih-bersih terhadap segala perilaku korup dan oligarkis, mungkin juga hoaks di sosial media terhadap pencapaian pemerintahannya,” kata Wasis saat dihubungi, Senin.

Wasis menilai politik simbol perlu dibangun sebagai modal kekuasaan yang mampu menggerakkan perubahan maupun meraih simpati masyarakat dengan cara yang sederhana.

Soal politik simbol, kata Wasisto, bukan hanya Jokowi saja yang menggunakan. Ia mengatakan dari mulai presiden pertama, Sukarno pun politik simbol itu telah dipakai. Ia mencontohkan Presiden pertama Sukarno yang menyimbolkan dirinya sebagai Penyambung Lidah Rakyat.

“Ada juga Soeharto menyimbolkan sebagai “Semar” sebagai sosok pengayom. Sama dengan Jokowi, itu sebagai simbol,” kata dia.

Wasis sendiri menganggap Jokowi sedang berupaya menyasar sesuatu paling mendasar daripada sosok ‘emak-emak’ yang selama ini identik dengan Sandiaga Uno.

Ia menyatakan Jokowi sedang berupaya untuk mencitrakan diri sebagai sosok yang sebenarnya berdedikasi untuk masyarakat Jawa Barat.

“JKW ingin menyasar hal yang mendasar daripada sekadar emak-emak yang menjadi ikon Sandiaga. Bukan masalah figur yang selama ini disepelekan di rumah tangga, namun adalah siapa yang berdedikasi untuk publik. Dan Jokowi ingin mempersonifikasikan itu,” kata dia.

Di satu sisi, Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin Ace Hasan Syadzily menyanggah pembelian sabun Rp2 miliar itu sebagai pencitraan atau sandiwara politik.