Ramadhan Lalu, Proyek Masjid di Bitung Diteror Kepala Babi

teror-pembangunan-masjid-dengan-kepala-babi-640x320Eramuslim.com – Aksi teror yang dilakukan warga Salib di Bitung bukan kali ini saja terjadi. Pada bulan Ramadhan lalu, aksi penistaan agama terhadap minoritas Muslim juga sudah terjadi. Masyarakat muslim di kawasan Perumahan Air Hujan Kota Bitung, Sabtu (11/7) lalu, saat suasana bulan suci Ramadhan, dikagetkan dengan temuan kepala babi yang tertancap di tengah lokasi pembangunan masjid. Malah isi perut babi dilemparkan sehingga berhamburan di lokasi pembangunan mesjid setempat.

Pihak kepolisian usai mendapat informasi segera menuju ke tempat kejadian perkara untuk melihat langsung perbuatan penodaan agama, yang menurut informasi perbuatan anti-toleransi umat beragama tersebut diduga dilakukan oleh ormas yang menamakan diri Brigade Manguni.

Padahal, pendirian masjid itu sudah memenuhi unsur-unsur yang disyaratkan, namun ada sejumlah pihak yang tidak sepakat dengan pendirian masjid itu.

Bukan cuma itu, pas di malam pawai takbiran pada Kamis (16/7) malam lalu, sekelompok massa non muslim melakukan pelemparan batu kepada kelompok muslim yang sedang berpawai takbiran.

Akibatnya terjadi baku pukul antar-massa dua kubu yang berbeda. Dalam bentrok antar warga tersebut, aparat Polres Bitung menangkap Bari Palakua, warga muslim Bitung Barat Dua, Kecamatan Maesa.

Penangkapan tersebut memicu protes masyarakat muslim di Kota Bitung yang menilai bahwa penahanan itu tidak pada tempatnya karena mereka justru pihak yang diserang. Untung saja demo yang hampir saja memanas bisa reda sehingga suasana di Kantor Polres Bitung aman dan kondusif.

Peristiwa penanaman kepala babi di lokasi pembangunan masjid di Bitung, dibenarkan Wakil Ketua MUI Sulawesi Utara, Taufik Pasiak.

Taufik juga membenarkan ada penolakan-penolakan dari pihak tertentu. Bahkan, penolakan bereskalasi menjadi intimidasi dengan penanaman kepala babi di lokasi pembangunan sehingga masjid tidak bisa dibangun. Masyarakat pun sudah melaporkan peristiwa itu ke pihak kepolisian. “Saya sebagai MUI berharap supaya pemerintah itu tegas. Terutama, pihak kepolisian,” kata Taufik yang Pribuminews kutip dari ROL, Selasa (21/7).

Taufik mengungkapkan peristiwa seperti ini biasa terjadi di masyarakat karena pemerintah tidak tegas. Pemerintah tidak turun tangan secara serius. Ia menambahkan, bahwa masyarakat sudah menyerahkan kepada aparat kepolisian untuk menyelidiki insiden ini.

Menurut Taufik, pendekatan keamanan itu penting. Amankan dulu, beri rasa tenang kepada masyarakat. Setelah itu, barulah membicarakan hal-hal yang diinginkan bersama. Karena itu, kata Taufik, untuk satu atau dua hari ini aparat dan masyarakat lebih berkonsentrasi mengupayakan ketenangan lebih dahulu.

Taufik bilang, akibat peristiwa itu sempat muncul ketegangan. Karena itu, kata Taufik, diadakan pertemuan dengan kelompok Muslim di Bitung, serta Kapolda dan Gubernur Sulut di Manado.

“Ketegangan ini sudah cukup lama berlangsung di daerah Bitung. Mungkin karena situasi negara yang sedang mengalami hal seperti ini di Papua, jadi tensinya agak sedikit naik. Tapi, sejak kemarin sampai hari ini situasi sudah kondusif. Sudah ada upaya dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk meredam,” tegas Taufik.(ts/pribuminews)