Rizal Ramli: Ekonomi Nasional Akan Stagnan Selama Jokowi Berkuasa

Eramuslim.com -Ekonom Indonesia, Rizal Ramli menyatakan kondisi ekonomi Indonesia cendrung stagnan dan sulit bangkit dalam dua tahun kedepan atau hingga jabatan Joko Widodo (Jokowi) berakhir dari kursi kepresidenan.

Pernyataan Rizal Ramli ini sangat mendasar karena pemerintah utamanya sektor ekonomi melakukan kebijakan pengetatan (austerity) dan konservatif tanpa ada formulasi untuk menggenjot daya beli hingga sektor ritel banyak mengalami gulung tikar.

“Banyak yang bertanya kapan kelesuan ini berakhir? Prestasi Presiden Jokowi dalam bidang inftastruktur luar biasa. Tapi dengan kebijakan austerity dan makro ekonomi yang sangat konservatif, serta prioritas bayar utang, sulit bangkit dalam 2 tahun ini,” kata Rizal, Kamis (26/10).

Adapun target yang konservatif sangat tercermin dari struktur APBN 2018 mendatang. Meskipun Janji Kampanye Jokowi untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6 hingga 7 persen seperti yang pernah diraih ketika kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun faktanya hingga masuk 4 tahun kepemimpinan Jokowi, tim ekonominya tidak pernah memproyeksi pertumbuhan hingga 7 persen.

Pada APBN 2018 nanti, Menteri Keuangan, Sri Mulyani hanya berani memproyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen. Sedangkan laju inflasi dipatok pada kisaran 3,5 persen.

Lalu untuk nilai tukar rupiah sendiri diperkirakan berada pada Rp13.400 per dolar Amerika Serikat.

Kemudian selain memburu pajak hingga ke masyarakat kecik, tercermin juga dalam APBN bahwa pemerintah masih mengandalkan komoditas untuk penerimaan negara, padahal Jokowi telah beberapa tahun mencanangkan hilirisasi industri.

“Pengaruh faktor global (makro ekonomi dalam APBN 2018), yaitu harga komoditas yang masih lemah, perdagangan dunia meningkat namun masih dibayangi isu proteksionisme dan perlambatan tingkat permintaan dari Tiongkok, Uni Eropa dan Jepang, serta ketegangan geo politik di Timur Tengah dan Asia,” kata Sri Mulyani pada web Sekretariat Kabinet Rabu (25/10) dalam konteks penjelasan APBN 2018.(kl/akt)