Salah Satu Ponpes Tertua di Jawa Terancam Penggusuran

Kegembiraan santri Ponpes babakan Ciwaringin dalam rangkaian kegiatan Haflah Imtihan tahun ini, tidak seceria tahun-tahun sebelumnya. Kabar sedih berhembus dari aparat desa setempat tentang adanya rencana penggusuran kompleks Ponpes Babakan Ciwaringin untuk proyek pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan.

Seluruh penghuni Ponpes tentu saja menolak rencana tersebut. Maka, usai menyaksikan pertandingan sepak bola api, mereka rame-rame menandatangani pernyataan penolakan rencana penggusuran pesantren. Nyatanya, bukan hanya dari kalangan santri, penolakan juga dari para kiai sesepuh Ponpes Babakan Ciwaringin. Tak ketinggalan pula alumni santri yang tengah menghadiri kegiatan Haflah Imtihan. Mereka ikut membubuhi tanda tangan penolakan tersebut. Bahkan, 24 pimpinan ponpes yang ada di wilayah III Cirebon juga menyatakan dukungan. Hingga tulisan ini dibuat, tanda tangan mencapai lebih dari 10. 000.

"Saya kaget begitu mendengar hal ini, " tandas Prof Dr Salim Badjrie. Dirinya mengaku terkejut dengan adanya rencana penggusuran tersebut. Lantaran tidak sesuai dengan rencana. Pada 1996, pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan digambarkan akan menggusur dan membelah kompleks Ponpes Babakan Ciwaringin. Hal itu tentu saja mendapat penolakan dari para kiai, santri, dan warga. Pada Juli 1996, penolakan tersebut disetujui Bupati Cirebon. Dan pada 2006, keluarlah surat terbaru yang menyatakan jalan tol akan dipindah sejauh kurang lebih 700 meter sebelah utara kompleks Ponpes Babakan-Ciwaringin.

Ternyata, awal Agustus 2007, pihak desa Babakan menerima informasi bahwa rencana pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan akan dikembalikan ke rencana semula sebelum Juli 1996. Dengan demikian, penggusuran itu jadi tak terelakkan.

Ahli Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sunan Gunung Djati, Cirebon itu mengemukakan, Ponpes Babakan Ciwaringin merupakan salah satu ponpes tertua di tanah Jawa. Didirikan pada tahun 1715 M/1127 H oleh seorang ulama besar, KH Hasanudin atau yang juga dikenal dengan nama Ki Jatira. Lembaga Pengkaderan ini menjadi saksi penyiaran dan pengembangan agama Islam di Pulau Jawa, wabil khusus Cirebon.

Selain itu, kata Salim Badjrie, kompleks Ponpes Babakan Ciwaringin yang saat ini terdiri dari 28 ponpes, juga menjadi saksi perjuangan para kiai dan warga dalam jihad mengusir penjajah missionaris Belanda. Terbayang, Gubernur Jenderal Daendles berencana menggusur kompleks ponpes Babakan Ciwaringin untuk pembangunan jalan Anyer-Panarukan. Perlawanan gigih yang ditunjukkan para kyai dan umat Islam, akhirnya berhasil menggaggalkan keinginan penjajah kafir tersebut.

”kalau melihat unsur sejarah, memang layak dipertahankan, ” jelas anggota Ahlu Hal Wal Aqdi (AHWA) Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu.

Menurut Salim Badjrie, lahan milik Ponpes Babakan Ciwaringin yang akan terkena penggusuran dalam pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan itu mencapai sekitar 30 hektare. Selain mengenai sejumlah bangunan ponpes, jalan tol itu juga akan mengganggu lahan pengembangan ponpes di masa yang datang.

”Ponpes Babakan Ciwaringin ini nantinya akan terbelah menjadi dua, kiri dan kanan tol, ” ungkap Salim. Hal ini tentu saja berakibat jelek bagi perkembangan Ponpes itu sendiri.

Salim menuturkan, keberadaan jalan tol yang membelah kompleks Ponpes Babakan Ciwaringin, tentu saja akan menggangu kegiatan belajar mengajar santri. Selain itu, kondisi tersebut juga akan mengganggu kehidupan sosial dan budaya masyarakat pesantren. Pesantren bagi masyarakat cirebon sudah merupakan kesatuan. Kehadirannya dibutuhkan, "Karena kalau pendidikan di luar pesantren banyak gangguannya, misalnya oleh tayangan tv, " jelas Salim.

Bagaimana solusinya, "Jalannya tidak memotong Ponpes Ciwaringin, ” tandas Salim, sambil menyarankan agar segala keputusan harus lewat musyawarah. (rz/emy)