Sandiaga Prihatin Dengan Korban KPU: Ini Seperti Killing Fields…

Mantan Wagub DKI Jakarta itu bahkan mengaku mendengar informasi ada petugas KPPS yang disuruh bekerja dimulai dari pukul 08.00 hingga 24.00.

Waktu tugas itu setara dengan 16 jam kerja. Waktu selama itu dinilainya sangat tidak manusiawi.

“Kelelahan hanya untuk mementingkan tenggat waktu atau deadline ini sangat tidak manusiawi,” imbuhnya.

Istri Nur Asia Uno itu juga menambahkan, meninggalnya ratusan petugas KPPS ini adalah sebuah bencana besar yang harus mendapat perhatian khusus dari seluruh elemen bangsa.

Jika kondisi demikian masih diteruskan, bukan tidak mungkin semakin banyak korban yang berjatuhan.

“Ini seperti killing field. Saya baca di Jawa Pos kemarin, yang dilaporkan 326 kalau tidak salah. Tapi ini akan terus berlangsung,”

Ia juga menyoroti lambatnya penghitungan suara yang sampai dengan hampir sepekan baru terkumpul 50an persen.

“Secara fundamental ada yang salah. Bukan hanya jujur adil bermartabat, tapi juga sehat,” katanya.

Akan tetapi, dirinya enggan menjawab saat ditanya apakah sebaikny proses penghitungan suara tersebut dihentikan sementa waktu.

“Saya harus koordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia sudah menyampaikan kekhawatirannya,”

“Ini proses yang saya harus ada betul-betul penelahaan secara medis. Kenapa terjadinya korban yang yang terus-menerus berjatuhan seperti ini,” tutupnya.

Untuk diketahui, dari data yang disampaikan KPU, jumlah petugas pemilu yang meninggal dunia sudah mencapai 326 orang dan ribuan lainnya sakit.

Rinciannya, 253 korban berasal dari jajaran KPU, 55 dari unsur Bawaslu, dan 18 personel Polri.

Petugas pemilu yang paling banyak terdapat di Jawa Timur dengan 62 orang, Jawa Barat (61), dan Jawa Tengah (31).

Diperkirakan, sebagian besar di antara ratusan orang itu berusia di atas 40 tahun.

Penyebabnya bermacam-macam. Berdasar laporan KPU provinsi masing-masing, penyebab terbanyak adalah kelelahan, rrutan kedua adalah kecelakaan.

Sedangkan dua orang lainnya meninggal karena bunuh diri.[psid]