Warga Bekasi: “Jangan Ada Gereja di Lingkungan Mayoritas Muslim!”

Eramuslim.com – Massa yang menolak pembangunan Gereja Santa Clara, Bekasi Utara, Kota Bekasi, mengungkapkan alasan mereka menolak pembangunan gereja tersebut. Alasannya karena Bekasi Utara dihuni mayoritas umat Muslim dan adanya rencana pembangunan gereja terbesar se-Asia tersebut dianggap melukai perasaan umat Islam.

“‎Pertama, Bekasi Utara dihuni mayoritas umat Muslim, banyak pondok pesantren dan belum pantas berdirinya gereja. Jangan ada pembangunan gereja di lingkungan yang mayoritas dihuni umat Muslim. Kedua, ada pertemuan win-win solution yang menyatakan bahwa pembangunan gereja dilakukan di tempat lain, jangan di lokasi ini (Bekasi Utara). Ini sama saja menyakiti umat Islam.
Kita tidak melarang adanya pembangunan gereja tapi mohon pembangunan gereja jangan di tempat‎ yang mayoritas dihuni umat Muslim,” ujar Koordinator Aksi Majelis Silaturahim Umat Islam Bekasi (MSUIB), ‎Ustadz Iman Faturohman, Jumat (24/3).

‎Lebih lanjut dia mengatakan, struktur bangunan yang sudah tampak saat ini, pihak gereja akan membangun tiga lantai. “Bisa menjadi gereja yang sangat‎ besar. Mungkin bisa lebih tiga lantai. Hal ini, sangat menyakiti umat Islam. Minoritas yang jumlahnya sangat kecil sekali tapi mayoritas yang umat Muslim banyak, gereja tersebut berdiri dengan megahnya dengan beberapa lantai, ini kan menyakiti hati umat Islam,” tegasnya.

Tuntutannya, sambung dia, hanya ingin menjawab, “Kok umat Islam enggak ada suaranya. Umat Islam sudah setuju pendirian Gereja Santa Clara? ini kan tidak benar, makanya kita melakukan aksi penolakan pembangunan gereja,” imbuhnya.

Dia mengisahkan, sudah ada kesepakatan pada 10 Agustus 2015 antara alim ulama, Pemkot Bekasi, pihak gereja dan pihak lainnya bahwa tidak akan ada aksi unjuk rasa dan kelanjutan pembangunan gereja.

“Ini semua berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama, namun mereka yang memulai duluan. Mereka (jemaat gereja) yang melanggar kesepakatan. Ini muncul sebagai wujud bahwa kita masih menolak pembangunan gereja. Kita ikuti kesepakatan yang sudah ada, justru kesepakatan ini dilanggar oleh mereka yang di back up oleh pihak Pemkot,” imbuhnya.

Massa MSUIB ingin bertemu dengan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, namun rencana itu belum terealisasi. “Kita juga susah bertemu dengan Pak Wali Kota, ini aksi yang keempat, untuk diberi ruang untuk bertemu dengan wali kota atau pihak terkait sehingga kita bisa melakukan diskusi yang lebih kondusif,” ungkapnya.

‎Terkait dengan tudingan manipulasi tanda tangan dukungan warga dalam persyaratan pendirian rumah ibadah, kata dia, pihaknya sudah memiliki bukti.

“Hampir ada 20 orang yang membuat surat keterangan, mencabut dukungan atas pemalsuan data, pembangunan gereja. Ada yang bilang, enggak tahu apa-apa diberi surat kosong, disuruh tanda tangan tiba-tiba dibilang menyetujui pembangunan gereja. Lalu ada KTP mereka yang tiba-tiba sudah ada di panita gereja. Ini dari mana?‎ warga merasa dibohongi,” imbuhnya.

‎Dia menegaskan, pihaknya sudah ada upaya untuk melaporkan ke pihak kepolisian. “Kita akan terus melakukan aksi ini hingga Pemerintah Kota Bekasi mengabulkan permintaan kita,” pungkasnya.

Sekitar pukul 17.30 WIB massa membubarkan diri. Jalan Raya Lingkar Utara berangsur kembali normal dan dibuka bagi pengguna jalan.(jk/bs)