Hersubeno Arief: Ada Jenderal Luhut di Jembatan Tol Suramadu?

Di Jatim etnis Madura banyak yang tinggal di Surabaya, dan tersebar di kawasan Tapal Kuda (Pasuruan, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Probolinggo). Secara populasi komunitas Pendalungan ini, jumlahnya cukup signifikan, dan mampu mengubah peta pertarungan di Jatim.

Mahfud MD adalah salah satu tokoh terkemuka asal Madura. Batalnya penunjukan dirinya sebagai capres tidak hanya membuat malu Mahfud secara pribadi, tapi juga warga Madura. Di Madura dikenal sebuah peribahasa “atembang pote’ mata, ango’an pote tolang,” lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup menanggung malu. Sebagai etnis, warga Madura dikenal memiliki harga diri dan solidaritasnya sangat tinggi. Tak mengherankan bila di Madura sempat muncul fatwa “haram memilih Jokowi.”

Sebuah jajak pendapat yang digelar oleh Surabaya Survei Center (SSC), pada bulan September 2018 pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin kalah telak di Madura. Elektabilitas Prabowo-Sandi 43,6%, Jokowi-Ma’ruf Amin 29,1%. Yang belum menentukan pilihan sebanyak 27,3%. “Langkah Jokowi ini sangat politis. Dia ingin menang di Madura,” ujar Mochtar W Oetomo pengamat politik dari Universitas Bangkalan, Madura kepada media.

Kepentingan ekonomi

Selain kepentingan politik, ternyata penggratisan Jembatan Tol Suramadu juga mengandung motif ekonomi. Satu bulan sebelum peresmian (21/9) Gubernur Jatim Soekarwo menyampaikan sebuah cerita menarik kepada media. Usulan penggratisan yang sempat tidak direspon Presiden itu kembali muncul setelah Menko Maritim Luhut Panjaitan bertemu dengannya.

Luhut menyampaikan rencananya membuka perkebunan tebu di Madura, untuk menyuplai pabrik gula di Candi, Sidoarjo. Luhut diketahui telah memiliki lahan seluas 330 hektar, dan siap ditanami tebu. Kepada orang kepercayaan Jokowi itu, Soekarwo mengingatkan bahwa secara ekonomis rencana itu tidak menguntungkan. Ongkos angkutnya mahal. “Akhirnya muncul kembali usul untuk menggratiskan itu,” ujar Soekarwo.

Tidak jelas benar, apakah rencana pembukaan lahan tebu di Madura itu untuk kepentingan bisnis Luhut pribadi, atau untuk kepentingan pabrik gula milik negara. Sebab selain sebagai pejabat tinggi, Luhut juga dikenal sebagai pebisnis besar.