Kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 Rapuh

1. Kejahatan yang terjadi dalam proses penyelenggaraan pemilu dan pilpres hari ini begitu telanjang dan sangat vulgar. Dari mulai tahapan penetapan DPT yang tak pernah tuntas, DPT siluman, (proses sebelum coblos) sampai dengan tahapan pencoblosan, quick count, situng, rekapitulasi, dan penetapan yang dimajukan, semua berjalan vulgar bebas nilai dan bebas hukum.

Berbagai macam bentuk kecurangan dilaporkan tapi semua dianggap sebelah mata. Dicuekin, bahkan dianggap tak ada alias sepele.

Padahal semua fakta dan bukti sebegitu terang benderang di konsumsi masyarakat. Disinilah letak kecurigaan dan kejanggalan yang penulis maksudkan. Karena seolah semua kejahatan ini dibiarkan seterbuka mungkin. Sevulgar-vulgarnya.

Kalau didalam era sebelumnya, sedikit saja masalah, media begitu garang menguliti, aparat begitu sigap mengatasi agar masalah tidak melebar. Tapi era sekarang, pihak penyelenggara, Bawaslu, media, bahkan polisi kompak satu suara yaitu, bagaimana petahana menang. Tak peduli mau main kayu atau apa.

2. Setelah KPU mengumumkan paslon 01 menang, dengan mengabaikan segala bentuk laporan pengaduan, barulah penulis berani menyimpulkan bahwa semua ini tak lain ada sebuah skenario yang lebih besar lagi dari pada hanya sekedar memenangkan petahana. Ada sebuah agenda yang lebih dahsyat lagi dibalik konspirasi ini semua yaitu ; bagaimana memenangkan kubu yang lemah secara defacto legitimasi rakyat, tapi ditopang oleh sebuah pisau kekuasaan yang berdarah dingin.

Tujuannya apa ; agar terbentuk polarisasi seimbang dalam theory balance of power dari dua kutub yang potensial untuk kemudian dibenturkan.

Karena, apabila dua kubu yang berlawanan sama kuat, sama punya power, maka dua kutub kekuatan ini sangat ideal dan mudah untuk dibenturkan.

Contohnya. Sudah menjadi fakta empirik kalau petahana itu real di lapangan itu sudah kehilangan pesona dan dukungan dari masyarakat. Lihatlah di setiap kampanye dan kunjungannya. Selalu dihantui dengan kursi kosong dan pembatalan kunjungan. Kalaulah tidak segera ditopang dan dimobilisasi penuh oleh struktural pemerintahan dengan dukungan dan supervisi Polisi, penulis sangat yakin petahana bukanlah apa-apanya. Petahana bagaikan angin hampa yang tak punya daya apa-apa.

Berbeda dengan paslon 02 yang begitu semarak dan gegap gempita ditengah masyarakat. Disetiap kampanyenya selalu membludak bagaikan air bah. Nah kondisi petahana yang ditopang aparat dengan paslon 02 yang didukung penuh rakyat, menjadikan polarisasi dua kubu ini sangat tajam dan rentan untuk dibenturkan.