Kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 Rapuh

3. Apabila dua kubu ini akhirnya sama-sama tidak bisa menahan diri, maka bersiap-siaplah apa yang kita takutkan bersama akan terjadi yaitu perang saudara.

Ini lazim bisa terjadi, kalau kita melihat sejarah nusantara. Ketika kerajaan Majapahit begitu digjaya membentuk nusantara, akhirnya hancur lebur akibat perang paregreg, yaitu perang saudara yang berkecamuk yang akhirnya melemahkan kerajaan.

Sejarah ini bisa saja terulang lagi, karena theory nya memang begitu. Bahwa, sejarah akan berulang sebagaimana itu terjadi.

Perang saudara inilah yang ditunggu-tunggu pihak asing. Agar lebih mudah kuasai Indonesia. Perang saudara yqng akhirnya merobek dan membelah bumi nusantara ini berkeping-keping. Untuk kemudian mereka bajak dan dibagi lintas sesama penguasa.

4. Kalau kemenangan yang rapuh ini gagal untuk melahirkan konflik, maka agenda selanjutnya adalah bagaimana merancang cipta kondisi agar pemilihan pilpres dan Pilkada kedepan dikembalikan melalui legislatif.

Padahal ini sebenarnya adalah strategi mereka kedepan untuk tak perlu modal besar lagi untuk berkampanye presiden yang dipilih secara langsung. Cukup dipilih legislatif saja seperti zaman orde baru. Padahal itu mereka kondisikan karena mereka adalah pemegang kekuasaan mayoritas di parlemen (koalisi). Kalau sudah mayoritas, tentu mau melakukan amandemen apapun bisa. Termasuk mengganti UU yang sudah jalan dan eksis sekalipun. Termasuk tata cara pemilu dan pilpres, bahkan sampai amandemen UUD 1945 dan Pancasila.

Kalau dalam theory negara sosialis hal ini lazim digunakan. Yaitu bagaimana memecah belah setiap komponen sumber daya negara, agar tidak ada satu kekuatan komponen bangsa pun yang mapan dan kuat. Selanjutnya membentuk koalisi (merger) bersama antar sesama Parpol yang kemudian membentuk Partai tunggal. Partai negara yang punya kuasa tanpa batas mengatur masyarakat. Arah kesana sudah tampak jelas. Bagaimana hampir setiap partai disusupi, dipecah belah, organisasi besar KADIN, KNPI, apa saja semua terpecah belah. Mana yang pro penguasa diangkat tinggi tinggi, mana yang melawan diinjak dan dicari-cari kesalahannya.

5. Kemenangan dari proses yang rapuh ini juga dijadikan sebagai kartu truft buat petahana, sebagai dasar amunisi menyandera paslon. Kalau sempat macam-macam berarti selesai dech…

Untuk itu, kemenangan versi KPU yang diumumkan tengah malam secara diam-diam itu adalah kemenangan yang rapuh, penuh in trik culas, dan memaksakan legitimasi secara kasar dan jauh dari tata nilai dan norma negara yang berpancasila ini.

Drama kemenangan 01 hasil sinematografi KPU ini adalah kemenangan yang compang-camping, kemenangan semu tanpa daya, ibarat baju bolong sana-sini. Hanya mereka saja yang tak ada rasa malu. Merasa menang padahal semua orang tahu itu hasil curang yang sistematis.

Kemenangan yang hanya ditopang oleh arogansi power kekuasaan ini, tidak akan bertahan lama. Karena tidak lahir dari rahim rakyat. Tapi lahir dari proses ‘haram’ hasil perselingkuhan kekuasaan dengan penegak hukum. Trias politika sudah mati. Dan berarti negara ini bukan lagi negara demokrasi. Semua sudah dikebiri.