Tujuh Kredo Memperbudak Bangsa

Memasuki subuh, Pak Prijanto, Mayjen TNI (Purn) mantan Wagub DKI Jakarta menambahkan dua poin lagi agar klop menjadi tujuh. Dua poin tersebut antara lain: 1) penetrasi politik melalui pengrusakan konstitusi untuk pengendalian aturan perundang-undangan di bawahnya; 2) merusak paradigma bangsa melalui penjungkirbalikan nilai-nilai falsafah, budaya dan sejarah bangsa.

Dengan demikian, simpulan atas diskusi kecil di forum NR, sekurang-kurangnya — ada tujuh kredo untuk memperbudak sebuah bangsa. Antara lain sebagai berikut:

1. Gelontori utang hingga negara target kesulitan untuk mengembalikan, bahkan mencicil bunganya pun ‘megap-megap’;

2. Hancurkan peran serta fungsi intelijen sehingga bangsa dan negara tersebut berjalan dengan cara meraba-raba oleh karena ‘buta dan tuli’ (tidak paham) siapa sejatinya musuh bersama, darimana titik berangkat bersama, dimana titik tuju bersama, apa nilai bersama, bahkan tidak mengenali JATI DIRI-nya sendiri;

3. Lemahkan lembaga-lembaga risetnya dengan berbagai cara dan modus. Kenapa? Di negara manapun, riset berperan sebagai lokomotif perubahan. Ia merupakan instrumen penting bagi perjuangan karena riset berorientasi pada cita-cita (negara);

4. Cukupi kebutuhan lapisan atas dengan cara suap secara selektif sehingga tidak peka alias ‘mbudeg‘ atas peristiwa yang sesungguhnya terjadi;

5. Jejali publik dengan opini bahwa Perang Generasi IV itu tidak ada. Jadi, ketika ada by design oleh kepentingan (kolonialisme) asing, misalnya, hal itu dianggap wajar serta baik-baik saja. Seolah tidak ada apa-apa;

6. Penetrasi Politik melalui pengrusakan konstitusi —misalnya amandemen empat kali UUD 1945— guna mengendalikan aturan dan perundang-undangan di bawahnya. Dan tak boleh dipungkiri, akibat amandemen UUD 1945 yang mengubah teks aslinya — telah membidani banyak UU yang justru pro kepada asing;

7. Merusak paradigma bangsa melalui penjungkirbalikan nilai-nilai falsafah, budaya dan sejarah bangsa. Nilai leluhur dicabut diganti dengan nilai asing, budaya dirusak, bahkan sejarah pun dikaburkan atau dibengkokkan.

Demikianlah pointers diskusi kecil di WAG NR tentang kredo dan langkah guna memperbudak sebuah bangsa secara nirmiliter. [End/The Global Review]

Oleh: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)