50 Persen Lebih Anak-Anak Di Jalur Gaza Terancam Putus Sekolah

sobirBlokade dan boikot ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah penjajah Israel selama 6 tahun lamanya telah membuat pertumbuhan ekonomi di wilayah Jalur Gaza mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini bertambah dengan adanya penutupan Gerbang Rafah yang dilakukan pemerintah kudeta militer, semenjak penggulingan Presiden Muhammad Mursi pada 3 Juli lalu.

Dalam penelusuran 3 hari koresponden Aljazeera di Jalur Gaza, banyak mendapati pekerja dibawah umur  yang berada di pasar-pasar. Banyak diantara anak-anak yang bekerja di pasar, mendapatkan gaji yang tidak layak.

Kebanyakan anak-anak yang menjadi pekerja memutuskan untuk berhenti sekolah, salah seorang diantaranya Sobir yang belum genap berusia 14 tahun, dalam penuturannya kepada Aljazeera, Sobir mengaku bahwa dirinya memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja dengan alasan membantu keluarganya.

Dalam seminggu Sobir menerima gaji sekitar 13 dolar amerika serikat, jumlah ini pun habis untuk membantu membeli makanan bagi keluarganya.

Menurut pemilik bengkel, setiap harinya ada anak-anak berusia seperti Sobir datang meminta pekerjaan.

Menurut mantan ketua Serikat Pekerja, Karem Nashwan, sebanyak 45 % anak-anak yang bekerja di pasar berumur kurang dari 15 tahun, dan 97% diantara mereka bekerja tanpa jaminan asuransi kesehatan.

Karem menambahkan bahwa 100% dari pekerja anak-anak berasal dari keluarga miskin, jumlah ini bertambah 2x lipat setiap tahunnya ketika pintu perlintasan Rafah ditutup pihak Mesir. (Aljazeera/Zhd)