Genderang Ramadhan Boota di Amerika


Beberapa jam sebelum waktu sahur, Mohammad Boota melompat keluar dari tempat tidurnya, mengenakan pakaian tradisionalnya, mengambil drum dan berjalan-jalan di Brooklyn. Ia menabuh genderangnya dengan semangat, membangunkan orang Islam untuk makan sahur.

"Mereka menunggu saya," ujar Boota, pada kepada New York Times. Selama bulan puasa suci, Boota—Imigran dari Pakistan—berubah pada malam hari, dari sseorang opir limusin menjadi drummer tradisional Ramadhan yang membangunkan umat Islam untuk suhur.

Setiap malam, sementara istrinya, Mumtaz, mempersiapkan hidangan sahur, Boota mengenakan kameez shalwar dan sorban merah yang menabuh genderangannya di sepanjang bentangan Coney Island Avenue, di mana dia tinggal. Ia biasanya pertama kali berhenti pertama kali di depan Kedai Makanan Bismillah Makanan, sebuah toko kelontong kecil Pakistan.

Setelah menyapa semua orang yang ditemuinya, Boota berdiri di trotoar dekat lampu neon toko dan mulai memainkan drumnya.

"Dia pria yang sangat populer di sini," salah seorang penduduk berkata.

Untuk Boota, yang berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1992, bermain drum pada malam bulan suci tidak hanya merupakan tradisi Ramadan, tetapi juga tradisi keluarga. Dia adalah generasi ketujuh yang telah menghidupkan ritual drum ini dan sekarang ia pun tengah putranya yang berumur 20 tahun, Sher.

Boota, mengatakan tidak semua orang senang dengan panggilan sahurnya. TIdak heran, Boota membatasi diri kepada mayoritas Muslim Coney Island Avenue, di mana banyak orang Pakistan tinggal.

Untuk menghindari mengganggu beberapa non-Muslim di lingkungan itu, ia bahkan mengubah pendekatannya, bermain jauh di bawah volume biasanya, hanya sekitar 15 sampai 20 detik di setiap lokasi.

"Saya tidak ingin orang-orang terganggu," Boota menegaskan. "Aku tidak ingin mengganggu komunitas orang lain. Saya hanya ingin membangunkan orang-orang Pakistan. " (sa/iol)