Khaled Mish'al Bertemu Kepala Intelijen Mesir

Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Mish’al bertemu dengan kepala intelijen Mesir (EGID), Jenderal Murad Muwafi, mendiskusikan tentang pelaksanaan perjanjian antara Hamas dan Fatah, dan tidak lanjut dari pelaksanaan perjanjian itu. Dalam pertemuan itu, Khaled Mish’al ditemani wakilnya Dr. Musa Abu Marzouk.

Sementara itu, surat kabar Al-Hayat mengabarkan Gerakan Hamas akan meninggalkan Suriah, dan Qatar setuju menerima Hamas, sesudah Mesir dan Jordan menolaknya. Surat kabar itu mengutip sebuah sumber di Gaza, yang menyebutkan bahwa pemimpin politik di Doha, tetapi di Qatar kalangan pemimpin militer di negeri menolak Hamas.

Sementara itu, Khalid Mish’al, Kepala Biro Politik Hamas, ingin memindahkan kantor Hamas ke Qatar, sementara wakilnya, Musa Abu Marzouk, ingin berpindah ke Mesir, ujar sumber di Gaza.

Perkembangan baru yang muncul, sesudah dua faksi Hamas dan Fatah menyepakati perjanjian melakukan rekonsiliasi yang disponsori oleh Mesir. Para pejabat Mesir telah mengundang para pemimpin Hamas dan Fatah ke Cairo untuk menandatangani perjanjian resmi antara kedua faksi itu, Rabu besok.

Pendatanganan itu akan berlangsung di kantor pusat Liga Arab, Cairo. Seuasi penandatanganan itu akan dilangsungkan perayaan selama tiga hari, atas tercapainya perjanjian antara Hamas – Fatah, yang selama ini terlibat dalam konflik, yang melemahkan perjuangan rakyat Palestina.

Delegasi Hamas rencananya akan dipimpin Kepala Biro Politik, Khaled Mish’al, yang dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Elaraby, yang menjadi anggota Dewan Tertinggi Militer.

Rabu besok mereka akan bertemu dan melakukan pembicaraan dengan sejumlah pejabat Mesir, bersamaan akan dilangsungkannya penandatanganan perjanjian rekonsiliasi, dan akan dihadiri oleh Khaled Mish’al, Presiden Mahmud Abbas, Pemimpin Jihad Islam, Ramadan Shallah, dan sejumlah pejabat tinggi Mesir.

Perjanjian antara Hamas dan Fatah itu, bertujuan meratakan bagi terbentuknya negara Palestina yang merdeka dengan batas wilayah sebelum perang tahun 1967. Di mana wilayah Tepi Barat dan Jerusalem Timur merupakan wilayah rakyat Palestina. (mh/wb)