Kunci Raksasa dan Terampasnya Hak Para Pengungsi Palestina

Warga Palestina di Bethlehem, Tepi Barat memperingati 60 tahun tahun hari Nakba, dengan membuat sebuah kunci berukuran besar, yang menjadi simbol hak kembali bagi warga Palestina yang terusir dari negerinya.

Ide membuat kunci berukuran besar itu datang dari Munther Ameera, direktur Aida Youth Activity Center di Bethlehem. Tujuannya untuk menunjukkan keteguhan bangsa Palestina untuk bisa kembali ke tanah air mereka, dan semangat itu diturunkan dari generasi ke generasi.

"Kami ingin anak-anak kami melihat kunci ini sebagai kenangan dan mereka tetap memikirkan hari di mana mereka akan kembali ke tanah airnya, " kata Ameera.

Kunci raksasa itu akan dibuat dari besi dengan ukuran 10 meter, dan beratnya diperkirakan mencapai dua ton. Pembuatannya membutuhkan dana sekitar 12.000 dollar yang dibiayai oleh beberapa organisasi Palestina, antara lain Jaringan Jurnalistik Al-Zaituna dan al-Bashir Institute for Development and Creativity.

Kunci itu akan diletakkan di pintu masuk kamp pengungsi Aida di utara Bethlehem pada 8 Mei mendatang, bertepatan dengan tanggal berdirinya negara Israel, yang dibangun di atas puing-puing kehancuran bangsa Palestina. "Kami rencananya akan memperingati hari yang sangat penting dalam sejarah kami, hari Nakba, " tukas Ameera.

Ia berharap, kunci raksasa itu akan meningkatkan kesadaran dunia internasional tentang nasib rakyat Palestina di bawah penjajahan Zionis Israel dan nasib para pengungsi Palestina yang tidak bisa kembali ke tanah airnya. Terkait hal ini, Ameera dan organisasi yang dipimpinnya, melakukan pendekatan pada pihak Guinness Book of Recorsd untuk mencatatkan kunci itu sebagai kunci terbesar di dunia.

"Ini akan membantu membangkitkan kesadaran masyarakat dunia internasional terhadap hak kembali para pengungsi Palestina, " tandas Ameera.

Berdirinya negara Israel, menjadi hari Nakba atau hari Malapetaka bagi rakyat Palestina. Hari yang menjadi awal penjajahan Israel terhadap tanah Palestina dan awal dari penderitaan panjang bangsa Palestina.

Pada 18 April 1948, pasukan Irgun-kelompok militan Israel-di bawah pimpinan Menachem Begin menangkapi orang-orang Palestina Tiberius, yang menyebabkan 5.500 warga Palestina mengungsi. Pada 22 April, kota Haifa jatuh ke tangan pasukan Zionis dan mereka mengusir warga Palestina di kota itu. Akibatnya, sekitar 70 ribu warga Palestina terpaksa mengungsi. 25 April pasukan Irgun mulai membombardir fasilitas-fasilitas sipil di Jaffa, dan membuat 750 ribu penduduk Palestina mengungsi. 14 Mei 1948, pasukan Zionis mengepung Jaffa, di mana tinggal 4.500 warga Palestina yang bertahan di kota itu.

Lembaga PBB yang bergerak di bidang bantuan bagi para pengungsi Palestina-UNRWA mendefinisikan pengungsi Palestina adalah para keturunan warga Palestina yang mengungsi atau diusir oleh pasukan Israel dari rumahnya pada tahun 1948. Jumlah pengungsi Palestina yang terdaftar terus meningkat, dari 914 ribu pengungsi pada tahun 1950 menjadi lebih dari 4, 4 juta pengungsi pada tahun 2005.

Sepertiga dari jumlah pengungsi Palestina yang terdaftar, kini tinggal di 58 kamp pengungsi yang diakui PBB antara lain di Yordania, Libanon, Suriah, Tepi Barat dan Jalur Ghaza. Banyak di antara pengungsi itu yang masih memegang kunci rumah mereka. Resolusi-resolusi PBB yang menjamin hak mereka untuk kembali, tak mampu mengalahkan kebijakan Israel yang mempersulit kembalinya para pengungsi Palestina itu. (ln/iol)