Pesan Ibunda Tawanan Palestina Pada Ibunda Ghilad Shalit

“Di mana ada seorang ibu di dunia, apapun bangsanya, yang tidak menangis bila ia harus berpisah dengan anaknya dan belahjan jiwanya…. ” Inilah ungkapan seorang ibu yang anaknya ditahan oleh Zionis Israel bertahun-tahun.

Perkataan ini diungkapkan untuk ibunda Ghilad Shalit, kopral Israel yang sembilan bulan lalu disandera oleh pejuang Palestina. Kaum ibu di Palestina menyatakan dapat memahami dan merasakan penderitaan jiwa ibunda Shalit yang harus berpisah dengan anaknya. Demikian pula mereka yang sangat menderita karena anak mereka ditahan oleh Israel bertahun tahun.

“Kami semua yakin bahwa Ibunda Shalit pasti menderita sebagaimana kami menderita pula berpisah dengan anak kami. Tapi bila dia baru berpisah hanya beberapa bulan, anak-anak kami sudah bertahun-tahun berpisah dengan kami. Pintalah kepada pemimpin Israel untuk memenuhi permintaan pejuang Palestina agar terjadi pertukaran tawanan dan kita bisa sama-sama menghirup ketenangan, ” ujar seorang ibu Palestina.

Hari-hari ini, kaum ibu Palestina tengah menanti perkembangan soal kesepakatan pertukaran tawanan yang tengah diupayakan secara intensif oleh pemerintah Palestina. Hamas telah menyerahkan daftar nama para tawanan Palestina yang bisa ditukar dengan pembebasan Ghilad Shalit pada tahap pertama. Berdasarkan sejumlah informasi, nama-nama para tawanan yang akan ditukar dengan Shalit itu mencakup beberapa kriteria, yakni para pemimpin perlawanan Palestina, para tawanan yang sudah 20 tahun mendekam di penjara Israel, dan para tawanan perempuan serta anak-anak di bawah umur.

Seorang ibu tawanan yang bernama Eyad Areir dan telah dijatuhi vonis hukuman seumur hidup mengatakan, “Anak-anak kami di penjara seribu kali mati dalam satu hari. Mereka tidak mendapat makanan yang baik, tidak dapat minuman yang cukup. Kondisi kesehatan mereka buruk. Mereka tidak melihat matahari, tidak melihat cahaya, mereka sangat menderita. Kami yakin bahwa Ghilad Shalit kondisinya lebih baik dan mendapat perlakuan yang baik dari para pejuang sebagaimana perintah agama Islam."

Para ibu tawanan itu melanjutkan, "Tapi tentunya ibunda Ghilad Shalid dan keluarganya sangat menderita berpisah dengan anaknya. Kami berharap mereka juga mengerti tentang penderitaan kami. Ambillah anak mereka. Tapi kembalikan pada kami anak kami. ” I(na-str/iol)