Warga Kristen Gaza Kecewa dengan Paus Benediktus

Kalangan Kristiani yang tinggal di Gaza mengungkapkan kekecewaannya pada Paus Benediktus XVI karena tidak menjadwalkan datang ke Gaza dalam rencana kunjungan Paus ke Tanah Suci Palestina bulan Mei mendatang. Umat Kristiani di Gaza yang juga menderita akibat blokade dan agresi brutal Zionis Israel, merasa diabaikan oleh pimpinan agama mereka.

"Kami merasa kecewa karena Paus tidak akan datang ke Gaza dan menyaksikan sendiri kehancuran yang terjadi di sini. Orang yang melihat sendiri tidak sama dengan orang yang hanya mendengar ceritanya saja," kata Hala Saleeba,41, seorang guru di sebuah sekolah Kristen di Gaza.

Hussam al-Taweel, seorang pendeta di Gaza juga mengungkapkan kekecewaannya pada Paus. "Bagaimana orang bisa mengasihani para korban holocaust, padahal mereka tidak mengalami peristiwa itu dan tidak menyaksikan sendiri kondisi para korban. Sementara mereka tidak punya belas kasih sedikitpun pada korban holocaust yang lebih besar yang dialami sebuah bangsa dimana Anda melihat dan mendengarkan rintihan mereka setiap hari," keluh al-Taweel.

Agresi brutal Israel ke Jalur Gaza bulan Januari kemarin menyebabkan 1.300 lebih warga Gaza, kebanyakan perempuan dan anak-anak gugur syahid, 14.000 rumah hancur sehingga sekitar 50.800 warga Gaza hidup tanpa tempat tinggal, 219 pabrik, 27 rumah sakit dan hampir 60 persen industri pertanian di Gaza juga hancur total.

Umat Kristiani di Gaza mengaku sedih mereka tidak bisa melihat kedatangan Paus dalam kunjungannya ke Tanah Suci. "Kami tidak bisa menyangkal bahwa kunjungan Paus adalah peristiwa yang penting, tapi kami tidak bisa pergi ke tempat-tempat yang akan Paus kunjungi untuk menyambut kedatangannya," kata Pendeta Katolik di Gaza, Monsignor Manuel Mussalam.

Sama seperti warga Gaza lainnya, mereka juga tidak diberi akses keluar dari Gaza oleh rezim Zionis Israel meski untuk alasan keagamaan sekalipun. Tahun ini, hanya sedikit umat Kristiani di Gaza yang dijinkan keluar Gaza oleh rezim Zionis untuk merayakan Paskah bersama keluarga mereka di Tepi Barat atau wilayah pendudukan lainnya. Selebihnya, mereka sulit berkunjung ke tempat-tempat suci mereka di Bethlehem atau Yerusalem.

"Semua agama memberi kebebasan akses ke tempat-tempat suci keagamaan, cuma Yahudi yang tidak menghormati hak kebebasan itu !," kecam al-Taweel.

Sebagai pimpinan dari umat Kristen sedunia, warga Kristen di Gaza berharap Paus memainkan peran yang besar untuk membantu memperbaiki kondisi warga Gaza. "Kami, baik Kristiani dan Muslim menunggu Paus mengeluarkan pernyataan pada Israel agar mengakhiri blokade di Gaza," tukas al-Taweel.

Harapan serupa dilontarkan Monsigmor Mussalam. Ia mengatakan, Paus Benediktus seharus mengeluarkan pernyataan yang lebih keras dan tegas dan harus menghindarkan Tanah Suci dari kerakusan orang-orang Eropa.

"Negara-negara Barat adalah dalang dari pembentukan rezim Israel yang dibangun di atas mayat, tanah dan tempat-tempat ibadah rakyat Palestina. Ada umat Kristiani di sini, meski tidak semuanya Katolik. Tapi mereka seharusnya ada di bawah perlindungan Paus, " kecam Mussalam.

Ia mendesak Paus agar menekan Israel agar memberikan kebebasan dan memfasilitasi umat Kristiani di Gaza yang ingin berkunjung ke tempat-tempat suci mereka di Tanah Suci. "Paus tidak boleh lupa bahwa posisinya sekarang asalnya dari Palestina dan keyakinan yang dianutnya berasal dari Palestina karena Yesus yang menyebarkan agama Kristen berasal dari Palestina," tandas Mussalam mengingatkan Paus Benediktus.

Paus Benediktus rencananya akan mengawali kunjungannya ke Yordania. Ia akan tiba di Tanah Suci pada tanggal 11 Mei dan akan bertemu dengan Presiden Israel Shimon Peres, mengunjungi museum holocaust Yad Vashem, mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan bertemu dengan Mufti Palestina. Paus juga akan berkunjung ke Al-Bouraq yang oleh kaum Yahudi disebut sebagai Tembok Barat untuk bertemu dengan dua kepala Rabi Israel.

Selanjutnya, Paus akan berkunjung ke Bethlehem untuk melihat kamp pengungsi Aida dan bertemu dengan Prseiden Palestina Mahmoud Abbas. Setelah itu Paus akan berkunjung ke Nazareth dan keesokan harinya akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sebelum meninggalkan Palestina tanggal 15 Mei, Paus akan bertemu dengan keusukupan gereja Yunani Ortodoks di Yerusalem dan keuskupan Gereja Armenia.

Dari rencana kunjungan Paus selama hampir empat hari ke Palestina, Paus tidak menjadwalkan dirinya berkunjung ke Gaza dan menengok warga Kristen yang juga mengalami penderitaan akibat blokade Israel. (ln/iol)