Puasa di Norwegia, Waktu Berbuka Diserahkan Kepada Masing-Masing

norway1_2141015bEramusim.com – Umat Muslim di negara-negara Nordik menghadapi tantangan yang besar ketika berpuasa. Sebab, di negara-negara itu tengah memasuki periode ekstrim. BBC Indonesia edisi Kamis, 25 Juni 2015 melansir salah satu negara yang mengalami cuaca ekstrem adalah Norwegia. Duta Besar RI untuk Norwegia, Yuwono Putranto berkisah di Ibu Kota Oslo selama periode Ramadhan nyaris matahari tak pernah tenggelam.

Waktu imsak pada tanggal 23 dan 24 Juni 2015 di ibukota Oslo yakni pukul 02.18 dan waktu berbuka puasa pukul 22.47. Artinya umat Muslim di sana hanya memiliki waktu sekitar empat jam untuk buka puasa.
Yuwono mengatakan, jika situasi sudah demikian, maka masyarakat Indonesia beragama Islam berbuka pada waktu berlainan. Diserahkan kepada keputusan masing-masing.
“Ada yang berbuka pukul 19.00, 20.00, ada yang mengikuti waktu buka setempat yakni pukul 22.47, namun ada juga yang mengikuti waktu Mekkah atau negara Islam terdekat biasanya Turki,” kata Yuwono.
Sementara Yuwono memilih waktu berbuka sesuai dengan jam lokal yakni pukul 22.47. Tetapi, menjadi tantangan besar bagi Yuwono, karena Ramadhan jatuhnya berbarengan dengan puncak musim panas di Oslo.
“Selama minggu ini matahari sinarnya tetap ada terus dan terang. Setelah membatalkan puasa, biasanya saya makan malam menjelang tengah malam. Praktis, makan hanya sekali, buka sekaligus sahur dan menjelang imsak tinggal minum,” kata Yuwono.
Di beberapa kota di Norwegia, terutama di bagian utara, termasuk kota Tromso, periode musim panas bulan Juni dan Juli adalah waktu terjadinya Midnight Sun atau matahari tengah malam. Saat momen itu terjadi, matahari nyaris tidak tenggelam.
Untungnya, suhu udara sedang tidak begitu dingin yakni mencapai 17 derajat celsius. Yuwono mengaku tidak masalah kendati harus berpuasa lebih panjang jika dibandingkan umat Muslim di Indonesia.
Lain lagi dengan kisah salah satu warga Indonesia yang kini tinggal di Tromso, Safitri Johnsen. Dia mengaku tak kuat jika harus berpuasa selama hampir 20 jam. Oleh sebab itu, dia mengikuti aturan berbuka di negara lain.
“Saya menyantap sahur dengan imsak pada pukul 04.00 dan buka pukul 19.00. Tidak kuat lebih dari itu,” kata Safitri yang telah bermukim di kota di bagian utara Norwegia itu selama lima tahun.
Dia mengatakan, saat memasuki musim dingin, matahari juga tak terbit di Tromso.
“Pertama tiba dulu, saat musim panas sulit tidur. Tetapi, kini sudah terbiasa karena ada gorden yang sangat pekat,” ujar Safitri menjelaskan.
Kesepakatan nasional puasa 
Warga Indonesia yang menjadi anggota kantor imam Muslim Society in Trondheim (MST), Abdillah Suyuthi, mengatakan sejak tahun 2014 sudah ada kesepakatan nasional untuk menerapkan satu metode untuk menentukan waktu salat dan puasa pada periode ekstrem tersebut.
Dalam laporannya yang pernah dikeluarkan tahun 2010 lalu berjudul Investigation of Prayer and Fasting Time for Trondheim, dia membandingkan berbagai alternatif metode perhitungan waktu-waktu salat saat periode ekstrem.
“Kesimpulan studi itu adalah menyarankan untuk menerapkan waktu Mekkah pada saat periode ekstrem,” kata Suyuthi.(rz)