Soal Rapid Test, WHO: Kami Tidak Rekomendasikan Itu!

Eramuslim.com -Organisasi Kesehatan Dunia tidak menyarankan penggunaan rapid test anti-bodi atau tes cepat untuk mendeteksi kasus virus corona (Covid-19).

Perwakilan WHO untuk Indonesia, dr. Navaratnasamy Paranietharan, mengatakan selama ini WHO hanya melakukan rapid test untuk keperluan penelitian saja, bukan untuk mengonfirmasi kasus positif atau negatif corona.

“WHO tidak merekomendasikan penggunaan diagnosa rapid test berdasarkan anti-bodi sebagai pemeriksaan penanganan wabah corona atau penanganan pasien. Kami tidak merekomendasikan itu,” kata Paranietharan saat mengisi webinar yang digagas Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI secara pada Selasa (21/4).

Pernyataan itu diutarakan Paranietharan saat menjawab pertanyaan Wakil Ketua BKSAP, Charles Honoris, terkait apakah rapid test digunakan di negara-negara lain dalam hal penanganan penyebaran wabah corona. Sebab, menurut Charles, pemerintah Indonesia menggunakan dua metode yaitu antibodi rapid test dan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RTPCR) atau tes PCR dalam pemeriksaan corona.

Paranietharan menuturkan sejauh ini WHO menilai tes PCR merupakan standar utama. Ia menegaskan bahkan WHO tidak pernah memasukan hasil pemeriksaan menggunakan rapid test ke dalam perhitungan kasus corona yang terkonfirmasi.

“Kami tidak menghitung hasil rapid test sebagai kasus terkonfirmasi. PCR adalah standar emas dan kami selama ini mempertimbangkan kasus terkonfirmasi berdasarkan hasil tes PCR,” ucap Paranietharan.

Dalam webinar bertajuk Peran Parlemen dalam Kerja Sama Internasional Penanggulangan Covid-19, Wakil Ketua Dewan Rakyat Malaysia, Mohd Rashid Hasnon, turut bertukar pengalaman bahwa Negeri Jiran juga tak menggunakan rapid test untuk mendeteksi kasus corona dan menekan angka penularan.

Rashid menuturkan pemerintah Malaysia sejauh ini mengandalkan pemeriksaan tes PCR atau melalui pengambilan cairan saluran pernapasan (swab) yang dinilai lebih akurat.

Malaysia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki kasus corona cukup tinggi tetapi dengan angka tingkat kematian yang rendah. Per hari ini, berdasarkan Worldometer, Malaysia tercatat memiliki 5.425 kasus corona dengan 89 kematian.

Pertanyaan mengenai perbedaan rapid test dan tes PCR memang terus bermunculan, terutama setelah pemerintahan Presiden Joko Widodo berencana melakukan pemeriksaan massal rapid test untuk mendeteksi kasus virus corona di dalam negeri.