Prospek Perdamaian Palestina Tetap Suram

Nampaknya prospek perdamaian di Palestina semakin suram. Tak ada tanda-tanda di wilayah ini akan tercipta perdamaian. Darah anak-anak, wanita, dan orang-orang Palestina, yang menetes, tak berhenti menetes, kalau melihat konstalasi politik di Israel.

Karena, hakekatnya , semua pemimpin politik dan militer Israel, masalah keamanan menjadi isu utama mereka. Dan, semua pemimpin Israel dari semua partai politik yang ada, mereka mempunyai pandangan sama, bahwa masalah keamanan, harga mati. Semua pemimpin Israel melihat ‘triumpirat’, yaitu Iran, Hisbullah dan Hamas menjadi ancaman Israel, dan harus dimusnahkan.

Siapa saja yang memimpin Israel, isu keamanan akan menjadi isu utama bagi mereka. Karena dengan mengangkat isu keamanan akan mendapat dukungan publik Israel. Maka, pidato pemimpin Partai Likud Benyamin Netanyahu, ketika berkampanye di Sderot, prioritas utama kalau terpilih menjadi perdana menteri, menumbangkan Hamas dan membunuh seluruh pemimpin Hamas.

Karena dengan hanya dengan cara itu dapat menciptkan keamanan. “Seperti ketika membunuh pemimpin Hamas Ahmad Yasin dan Rantisi, maka di Israel tercipta keamanan”, tandas Netanyahu. Pemimpin Partai Likud, berjanji akan menyatukan seluruh elemen dan kekuatan bangsa Israel menghadapi ancaman keamanan yang ada. Netanyahu menuduh Iran yang menjadi ‘ancaman’, dan menggunakan Hisbullah dan Hamas, mengancam keamanan Israel. Bahkan, Pemimpin Likud itu, tak tanggung-tanggung akan menggunakan elemen-elemen Israel di pemerintahan Amerika untuk menumbangkan Iran.

Tentu, pandangan Netanyahu ini, justru mendapatkan tanggapan dan dukungan dari kalangan pemilih di Israel,yang mereka memiliki mental terancam. Tiga pemimpin politik yang memperebutkan kursi perdana menteri, yaitu Menlu Tzipi Livni (Ketua Partai Kadima), Ehud Barak (Partai Buruh), dan Benyamin Netanyahu (Partai Likud). Sebenarnya, di Israel itu hanya ada dua partai, yang memiliki pengaruh besar dalam percaturan politik di Israel, yaitu Partai konservatif (Likud) dan Partai Kiri (Buruh). Namun, sejak tahun 2005, di internal Partai Likud mengalami perpecahan, akibat kebijakan Perdana Menteri Ariel Sharon,yang secara unilateral (sepihak) memindahkan pemukim Yahudi di Gaza ke Tepi Barat, yang ditolak oleh Netanyahu.

Sekarang dengan perubahan geopolitik di kawasan Timur Tengah, Teluk dan Palestina, dimana pengaruh Iran yang menjadi representasi Shiah semakin luas, sejak mulai Lebanon, Iraq, sampai ke wilayah Teluk dan Palestina. Karena, negara-negara di kawasan itu, sekarang pengaruh kelompok Shiah semakin kuat. Kelompok Shiah mendapatkan momentumnya, ketika Amerika melakukan invasi militer ke Iraq, dan jatuhnya Saddam Husien, dan diluar prediksi AS, sekarang yang berkuasa di Iraq adalah kelompok Shiah.

i Lebanon, kekuatan politik militer kelompok Hisbullah semakin kuat, dan tidak dapat dipandang ringan. Hal ini dibuktikan perlawan Hisbullah, ketika Israel melakukan agresi ke Lebanon Selatan, dan gagal mengalahkan Hisbullah. Kekalahan Israel di Lebanon Selatan ini, memperburuk para pemimpin Israel, dan ditambah kegagalan Israel mengalahkan Hamas di Gaza. Tindakan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, yang secara sepihak mengumumkan gencatan atas agresinya ke Gaza, menjelang pelantikan Presiden Obama, hanyalah menandakan kekalahan tentara Israel.

Dalam benak para pemimpin Israel, Hisbubllah dan Hamas adalah ‘proxy’ (tangan) Iran, yang membahayakan keamanan Israel. Ditambah Iran secara perlahan-lahan mempunyai kemampuan nuklir, yang semakin membuat para pemimpin Israel panik. Tentu, kepanikan itu, tak hanya faktor Hisbullah dan Hamas yang sudah menjadi ancaman, tapi juga pernyataan Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, yang di forum PBB, secara terang-terang mengkritik Israel, dan bahkan menyerukan agar Israel dihapuskan dari peta bumi.

Tentu, kondisi geopolitik yang sudah berubah, dan Israel yang merasa terkepung dan terancam, nampaknya Netanyahu akan memimpin Israel sesudah tanggal 10 Februai nanti. Ini sesuai dengan aspirasi rakyat Israel, yang juga selalu paranoid dan  terancam. (m)