Cinta yang Hilang

Assalamualaikum wr wb

Saya sudah menikah dan mempunyai 1 anak usia 18 bulan. Dulu saya mencintai suami saya tapi sejak kehadiran anak saya, saya jadi kurang memperhatikan suami dan lebih memperhatikan anak saya.

Saya juga seorang wanita karier, 1 tahun terakhir ini saya sering bertengkar dengan suami dan pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga, sehingga membuat saya takut dan perlahan-lahan rasa cinta saya kepada suami hilang, sayapun tidak merasa harmonis lagi.

Saya ingin berpisah dengan suami begitu juga dengan suami juga ingin berpisah. Tapi saya takut kepada Allah. Sebenarnya pernikahan kamipun dulu kurang direstui oleh keluarga. Dan sekarang keluargapun mendukung perceraian kami. Apa yang harus saya lakukan?? Karena cinta saya sudah hilang..apakah tetap saya jalani saja??

Wassalamu’alaikum

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Ibu Ck, mudah-mudahan Anda senantiasa mendapat hidayah dan taufiq-Nya. Tak ada rumah tangga yang tanpa persoalan, dari yang ringan sampai berat. Namun perlu diingat bahwa ikatan yang terjalin adalah ikatan kuat yang berada di bawah suatu komitmen dan Allah swt menyaksikan janji itu. Salah satu keiistimewaan berkeluarga adalah menyempurnakan dien; yakni separuh dien (agama) akan disempurnakan dalam keluarga.

Oleh karena itu persoalan yang muncul adalah sebagai ujian yang harus diatasi dengan sepenuh kemampuan.

Kalau sedari awal tanpa restu orang tuapun Anda berani menikah, tersirat bahwa sebenarnya Anda sedari awal mencintai suami. Namun ketika ada persoalan Anda merasa bahwa berdampak pada lunturnya cinta Anda. Ibu, cinta perlu dirawat, disiram, dipupuk agar awet, berkembang. Coba Ibu telaah akar persoalannya, apakah hak-hak sudah terpenuhi dan kewajiban sudah dijalankan?

Ketika ibu bekerja dan hadir anak mestinya perhatian kesuami jangan sampai terabaikan karena itu adalah hak suami. Mungkin saja ada sesuatu yang “kurang “ yang dia rasakan. Di lain pihak karena merasa terkurangi hak-haknya mestinya suami tidak boleh menggunakan kekerasan; kekerasan akan memunculkan rasa benci isteri pada suami.

Wahai Ibu, sesungguhnya suamimu melihat cinta maupun kebencian dalam hati isterinya, begitu juga sebaliknya; jika keduanya berhimpun maka cinta akan pergi. Oleh karena itu hindarkan perbuatan yang akan membuat pasangan saling benci, sebaliknya sering-seringlah melakukan perbuatan yang akan membuat pasangan saling mencintai. Senyum tulus isteri akan memupuk cinta, demikian juga suami harus membalasnya dengan tatapan lembut, atau bantuan-bantuan kecil terhadap pekerjaan isteri misalnya.

”Abu Darda berkata pada isterinya, ’jika engkau melihatku marah maka redakanlah kemarahanku; jika aku melihatmu marah maka kuredakan kemarahanmu..” (HR Tirmirdzi).

Jadi kedua pihak harus berperan dan saling mengingatkan untuk terjalinnya keharmonisan keluarga. Nah Ibu, konsultasilah pada ahli, seperti family therapist atau konselor perkawinan, agar kedua belah pihak dapat merubah sikap negatif dan mengganti dengan sikap positif pada pasangan. Perceraian adalah jalan darurat jika tak ada lagi pintu lain menuju solusi. Semoga Allah swt. memudahkan jalan keluar dan semoga cinta yang hilang kembali hadir dalam keluarga Ibu. Amin…

Wallahu a’lam bissshawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bu Urba