Perilaku Adik Suami

Assalamu alalikum Wr Wb

Ibu Rr Anita yang terhormat, sebenarnya saya enggan untuk bercerita masalah rumah tangga ini, tapi pikiran saya sudah buntu.

Suami saya punya adik perempuan yang bekerja sebagai dosen. Namun dia hanya mengajar di kampus hanya satu hari dalam satu minggu. Hari-hari selebihnya kosong. Usianya sudah di atas 30 tahun (lebih tua 4 tahun dari usia saya) namun belum menikah. Dia sekarang kos di kota yang berdekatan dengan tempat tinggal kami (± hanya 2 jam).

Alhamdullillah saya dan suami saya sudah memiliki rumah sendiri yang sangat mungil hanya terdiri dari satu kamar tidur, satu ruang tamu, dapur dan kamar mandi.

Saya bekerja di perusahaan swasta yang berangkat pagi, pulang malam. Begitu pula suami saya yang bekerja di rumah sakit swasta berangkat pagi, pulang malam.

Masalahmya yang timbul sekarang adalah adik suami saya ini kerap berkunjung dan menginap di rumah kami, dan tanpa malu-malu dia tidur di kamar kami (dalam satu kamar). Bagaimanakah sebenarnya rasa etika itu bagi dia sebagai orang yang berpendidikan? Dan suami saya pun tidak berani menasehatinya masalah etika tersebut.

Terkadang hari Minggu pun dia minta diantarkan suami saya misalnya ke pameran buku. Kapan suami saya punya waktu untuk saya. Ingin rasanya saya marah.

Mohon nasihat dari ibu Rr Anita, agar saya menjadi lebih bijak

Terima kasih sebelumnya.

Wassalamu’alaikum, wr wb

Assalamu’alaikum wr.wb

Ibu Afiah yang penyabar

Saya bisa memahami kekesalan ibu kepada adik ipar yang sering menginap dan tidur satu kamar dengan keluarga, memang tampaknya kurang etis ya bu? Tapi hal itu terjadi berhubung di rumah ibu yang mungil cuma ada satu kamar.

Sebagai adik suami mungkin ia merasa tidak perlu malu-malu atau minta izin kepada ibu untuk tidur satu kamar dengan keluarga ibu. Dipandang dari segi kesopanan hal itu memang kurang pantas, namun karena adik suami adalah perempuan, riskan juga ya bu, bila ia harus tidur di ruang tamu.

Bila ia bermalam sekali-kali mungkin suami bisa mengalah untuk sementara tidur diluar. Repotnya dan yang bikin ibu kesal karena adik ternyata seringkali menginap, sehingga hal inilah yang menjadi masalah.

Memang sulit ya, apabila ibu yang harus menasehati sang adik ipar yang usianya lebih tua, pastinya ibu segan melakukannya. Jalan satu-satunya suami ibu lah yang harus memberanikan diri untuk mengingatkan adiknya, karena posisinya sebagai kakak kandung mungkin nasehatnya lebih dapat diterima.

Yang penting cara menyampaikan nasehatnya, haruslah dapat diterima dengan baik. Saya rasa adik ibu adalah orang yang berpendidikan, pasti dapat mengerti dan memahaminya.

Namun tentunya memberikan nasehat juga harus disertai solusinya, misalnya dengan menyediakan tempat tidur sementara yang nyaman meskipun ia harus bermalam di ruang tamu. Karena bila tidak, masalah yang sebenarnya sepele ini dikhawatirkan malah akan membuat hubungan persaudaraan menjadi kurang harmonis.

Pemasalahan ibu ternyata juga bukan hanya itu saja ya, sepertinya sang adik ipar dan suami memiliki hubungan yang sangat dekat sebagai saudara kandung, tak heran bila sebagai adiknya dia merasa aman bila pergi mesti diantar dan ditemani sang abang. Hingga ibu merasa suami tidak ada waktu untuk keluarga dan merasa dinomorduakan suami ketimbang adik perempuannya.

Menurut saya bila hal itu wajar bila tidak sering dilakukan, bagaimanapun suami ibu sebagai kakak yang baik tentunya ingin melindungi dan menyenangkan adiknya, meskipun sang adik sudah dewasa. Namun karena sang adik belum menikah, suami ibu merasa sang adik masih merupakan tanggung jawabnya.

Saran saya, Ibu tentunya haruslah menyikapi hal itu dengan arif dan berpikiran positif. Komunikasikan hal-hal yang menjadi ganjalan ibu tentang sang adik ipar pada suami. Sampaikanlah keberatan ibu kepada suami dengan baik tanpa memojokan sang adik. Mintalah suami untuk dapat mengingatkan sang adik agar menghargai kamar tidur keluarga sebagai daerah privacy ibu, yang harus meminta izin terlebih dahulu untuk memasukinya.

Insya Allah penyampaian yang baik dari ibu bisa dipahami suami dengan baik pula. Selain itu bersabar ya bu, karena hal ini Insya Allah tidak akan terjadi terus menerus karena suatu hari nanti sang adik juga akan menikah dan tidak lagi merepotkan sang kakak. Semoga saran saya dapat berguna.

Wallahua’lam bishawab

Wassalamu’alaikum w.wb