Cahaya Ramadhan, Cahaya Rahmat Bagi Manusia

Ada peristiwa menarik yang mengiringi datangnya perintah puasa Ramadhan pada tahun 2 H, tepatnya 18 bulan setelah hijrah Nabi Saw di kota Madinah Al-Munawwarah. Peristiwa itu menunjukkan pengingkaran manusia atas ajaran Islam yang universal.

Kisahnya, kala itu, ada seorang wanita yahudi bernama Busrah mencintai seorang lelaki dari golongan yahudi juga, padahal masing-masing telah memiliki pasangan (bersuami/beristeri). Mereka melakukan hal terlarang, dan karenanya mereka dianggap memiliki kesalahan besar.

Keluarga Busrah adalah segolongan yahudi yang dekat hubungan dengan Rasulullah Saw dan tidak memusuhi beliau. Karena kedekatan mereka dengan Rasulullah Saw itulah, para pembesar Yahdi segera memanfaatkan kejadian itu untuk menjauhkan keluarga Busrah dari kaum muslimin. Mereka kemudian mendatangi Rasulullah Saw dan berkata,

“Muhammad, kami minta engkau mengadili kejadian memalukan ini dengan Al-Quran!”

Orang-orang Yahudi itu mengetahui bahwa dalam Al-Quran, hukuman dari perbuatan seperti itu adalah dirajam sampai mati. Jika Rasulullah Saw memberikan hukum sesuai Al-Quran itu, mereka berharap keluarga besar Busrah akan membenci Rasulullah Saw.

Namun Rasulullah Saw bukanlah orang biasa, kata-kata yang terungkap dari beliau adalah kata-kata mulia dan terbimbing oleh wahyu. Beliau memiliki kecerdasan dan ketajaman berpikir yang luar biasa. Mendengar permintaan mereka itu, justru Rasulullah Saw membalikkannya dengan pertanyaan retoris,

“Bukankah kalian mempunyai Taurat? Lihatlah dalam kitab suci kalian itu dan lihat hukuman apa yang harus dijatuhkan.”

Orang-orang Yahudi menjadi pucat pasi, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Rasulullah Saw mengetahui isi Taurat yang memberikan hukuman yang sama sebagaimana isi Al-Quran, yaitu rajam sampai mati. Mereka menjadi tersudut dan ragu-ragu. Jika mereka melaksanakan hukum Taurat, mereka khawatir keluarga Busrah akan membenci para pembesar Yahudi itu dan semakin dekat hubungannya dengan Rasulullah Saw. Akhirnya, demi menyelamatkan gengsi, orang-orang Yahudi itu menghukum Busrah dan lelaki Yahudi itu dengan hukuman yang jauh lebih ringan. Demikianlah mereka mengingkari kitab sucinya sendiri.

***

Ramadhan adalah bulan mulia dan penuh dengan keutamaan. Banyak hadits yang mengungkap kemuliaan dan keutamaan bulan ini.
Ramadhan adalah bulan diwajibkannya puasa (2:183), bulan diturunkannya Al-Quran (2:185), bulan yang penuh berkah, bulan di mana Allah memberikan naungan-Nya, bulan di mana Allah menurunkan rahmat, bulan di mana Allah menghapuskan kesalahan, bulan di mana Allah mengabulkan doa, bulan di mana manusia berlomba-lomba melakukan kebaikan, bulan di mana Allah membanggakan orang beriman di hadapan malaikat, bulan dilipatgandakan pahala amal shalih, bulan jihad, bulan kemenangan, bulan kesabaran, bulan pengorbanan, bulan pendidikan, bulan quran, dan masih banyak atribut yang bisa disematkan kepada bulan Ramadhan ini.

Bentuk kemuliaan lainnya juga terungkap dalam sebuah sabda Rasulullah Saw, yaitu ”Apabila bulan Ramadhan telah datang, pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka di tutup, dan syetan-syetan dibelenggu” (HR Bukhari-Muslim).

Hadits tersebut memberikan hikmah bahwa jalan untuk mencapai kebaikan, ampunan, dan surga pada bulan Ramadhan begitu terbuka lebar. Bagaimana tidak? Bagi mereka yang serius dalam beribadah (dengan penuh keimanan), maka doa dikabulkan, dosa akan diampuni, dan pahala dilipat gandakan. Pintu neraka ditutup dan syetan dibelenggu memberi hikmah bahwa jalan atau peluang yang mengarahkan manusia kepada keburukan begitu dipersempit di bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? Semua orang berlomba-lomba mengejar kebaikan dan pahala pada bulan mulia ini, tentu mereka yang ada di pusaran Ramadhan ini, akan terpengaruh dengan suasana kompetitif dan penuh dorongan kebaikan. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa “..Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan Ramadhan tidak mendapatkan rahmat Allah Swt.” (HR Tabrani). Kita semua berlindung dari hal demikian. Naudzubillah min dzalika.

Meski Allah Swt dan Nabi Saw dengan jelas memberikan kemulian pada bulan Ramadhan ini, masih ada sebagian orang yang berusaha memadamkan cahaya kemuliaan dari Ramadhan ini. Mereka adalah pengusaha hiburan yang tidak mau dibatasi jam operasinya atau ditutup untuk sementara, mereka adalah pemilik warung makan/restaurant yang tetap mendisplay ruangannya dengan vulgar, mereka yang tanpa risih makan-minum di tempat terbuka di mall-mall dan tempat perbelanjaan, dan mereka yang diingatkan untuk memuliakan bulan ini malah menjawab, “bukankah puasa itu menahan diri dari godaan? Kalau semua godaan diberangus, lantas relevansi puasa itu apa?”, mereka yang berusaha melakukan provokasi agar timbul suasana tidak kondusif, dan mereka yang mengingkari kemuliaan puasa yang sejatinya selaras dengan fitrah kemanusiaan.

Cahaya Ramadhan itu tidak akan redup, ia akan selalu bersinar terang memberi keberkahan, rahmat, dan kedamaian bagi manusia. Orang-orang Yahudi, dalam kisah di atas, ingin menjatuhkan Nabi Saw dengan risalah Al-Quran yang dibawa beliau. Alih-alih ingin memadamkan cahaya Al-Quran, mereka justru memadamkan cahaya mereka sendiri, karena mengingkari kitab suci mereka. Analog dengan kisah tersebut, siapa yang berusaha memadamkan cahaya Ramadhan dengan tindakan provokatifnya, maka cahaya keimanan akan makin jauh darinya, ia menjadi orang yang celaka karena tidak mendapatkan rahmat Allah Swt di bulan mulia ini.

Semoga kita bisa memuliakan Ramadhan ini dengan segenap amal shalih dan ibadah yang bisa kita lakukan. Selamat menunaikan ibadah Ramadhan 1429 H. Semoga kita mendapatkan kemenangan yang hakiki. Amin.

Wallahua’lam bishshawaab
([email protected])