Jangan Tebar Pesona

Jangan Tebar Pesona

Seorang istri menceritakan kepada saya, bagaimana ia bersyukur memiliki seorang suami yang “sempurna”. Di samping saleh, penyayang, suaminya adalah orang yang penyabar, pengasih, sangat cooperate dalam dakwah istri, tidak canggung dalam membantu urusan rumah tangga, pintar, cakap dan ditambah lagi mempunyai wajah di atas rata-rata. Tutur katanya lembut tetapi tegas, emosinya stabil plus ilmu dan wawasannya pun sangat luas. Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami kriteria “sempurna” ini.

Sejak menikah, bertambahlah cintanya pada sang suami. Tetapi beriringan dengan waktu, dia menemukan ketidaktentraman dengan pesona yang dimiliki sang suami. Tanpa disadari tenyata pesona sang suami ini, dirasakan juga oleh kalangan umum khususnya para ibu-ibu. Dengan berkembangnya sarana komunikasi dan era globalisasi ini, sang suami banyak tampil di khalayak ramai, dan pesona sang suami semakin meluas dirasakan. Di seminar-seminar internal yang pesertanya terdiri dari kaum adam dan hawa. Ataupun lewat tulisan dan ulasan sang suami, banyak para ibu yang menjadi simpatik kepadanya.

Sang suami pun menyadari akan pesona yang memang ia miliki, dan ada sedikit kebanggaan karena ternyata setelah menikah pun, dia tetap memiliki daya tarik sebagai seorang laki-laki.

Saya tidak bisa menjawab keluhan teman tersebut, tetapi saya merasakan ada kekhawatiran di dalam tuturnya saat menceritakan bagaimana sang suami seakan menebar pesona pada lawan jenisnya. Mungkin awalnya diniatkan sebagai lahan dakwah di kalangan ibu-ibu. Tetapi kemudian sang istri menangkap adanya kesengajaan dalam menebar pesona tersebut.

Saya tidak bisa memberikan solusi kepadanya melainkan hanya menyarankan ia agar mengatakan hal yang menjadi ganjalan pada sang suami. Dan apa yang sebenarnya ia inginkan dari sang suami. Karena saya rasa selama komunikasi antara suami istri tetap dijaga, insya Allah rasa kekhawatiran yang berlebihan itu tidaklah perlu.

***

Rasa kekhawatiran apa yang dia rasakan? Fitnah apa yang mungkin timbul dari tebar pesona ini. Mungkin ia takut ia akan dimadu? atau ia cemburu pada para fans sang suami? Atau ia khawatir pesona suaminya menjadi fitnah bagi rumah tangga orang lain?

Menurut saya, kekhawatiran itu wajar dirasakan. Bila kita balikkan posisi mereka, dimana sang suami memiliki istri yang penuh pesona, lantas apakah dia tidak merasakan cemburu bila sang istri memiliki fans tersembunyi? Atau merasa khawatir sang istri tertarik dengan lelaki lain atau khawatir sang istri akan menjadi fitnah bagi rumah tangga orang lain.

Dari cerita teman di atas, saya melihat titik permasalahannya pada ketidaktentraman sang istri karena sang suami yang menebar pesona. Masalah tebar pesona ternyata tidak hanya milik kaum ABG saja. Dalam lingkungan suami istri pun hal ini mungkin terjadi baik disadari ataupun tidak. Menebar pesona ataupun ditebar pesona.

Sekalipun sudah menikah bukan berarti kita terjaga bila kita tidak menjaga pandangan, bukan berarti dengan menikah, lantas kita tidak merasakan ketertarikan pada lawan jenis selain suami/istri kita. Karena fitrah manusia baik dia belum menikah ataupun sudah menikah untuk merasakan ketertarikan/merasa senang dengan perhiasan dunia.

Firman Allah dalam surat Al Imran; “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. 3:14)

Sebagai seseorang yang sudah berkeluarga merupakan kewajiban suami istri untuk saling bertausiyah, menjaga agar tidak ada pintu-pintu yang terbuka bagi godaan setan. Baik Anda sebagai seorang istri ataupun seorang suami, jagalah selalu hati Anda dan tentunya membantu orang lain menjaga hatinya. Jagalah pandangan Anda dan bantulah menjaga pandangan orang yang melihat Anda.

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka”. (QS 24:31)

Ayat di atas adalah perintah bagi laki laki dan wanita yang beriman agar menahan pandangannya. Disamping menjaga pandangan, kita juga perlu membantu menjaga pandangan suami/istri kita. Salah satu landasannya adalah larangan rasul untuk menceritakan kecantikan/sifat seorang wanita lain di hadapan sang suami. Rasulullah pernah bersabda diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain, lalu dia memberitahukan sifat wanita itu kepada suaminya seakan-akan dia dapat melihatnya”. Larangan ini tentu berlaku bagi suami agar tidak menceritakan sifat/gambaran lelaki lain di hadapan istri seakan istri melihat langsung. Istri menjaga pandangan suami dan suami pun turut membantu menjaga pandangan istri.

Kenapa rasul melarang seorang istri bercerita tentang sifat/kecantikan wanita lain. Dengan bercerita sifat-sifat seorang wanita seakan sang suami melihat sendiri, tentulah timbul ketertarikan, keinginan atau harapan positif atau lintasan-lintasan hati. Kemudian akan terbukalah pintu-pintu godaan setan. Jika Anda seorang istri, Anda akan merasa simpati pada pria tersebut, kemudian Anda akan membandingkannya dengan suami Anda, betapa suami Anda penuh kekurangan dan makin berkuranglah rasa syukur Anda karena memiliki suami yang tidak ‘sehebat’ lelaki yang Anda jadikan perbandingan tadi.

Jika Anda seorang suami, Anda akan merasa simpati pada wanita tersebut, Anda pun akan membandingkan istri Anda dengan dia, selanjutnya muncul harapan harapan Anda pada si wanita lain tersebut.

Rumah tangga bagaimana yang akan berlanjut bila sang suami/istri memiliki rasa simpati atau ketertarikan pada wanita/pria lain disamping istri/suaminya sendiri? Silahkan Anda renungkan sejenak, keluarga sakinah mawaddah wa rahmah tentu jauh darinya. Tentunya Anda tidak menginginkan ini terjadi pada keluarga Anda, juga tidak menginginkan ini terjadi pada keluarga sahabat Anda, atau orang terdekat Anda.

***

Bila Anda penuh dengan pesona, jangan tebar pesona anda! Anda tidak ingin membuat seorang suami/istri orang lain menjadi tertarik pada Anda bukan? Anda tentu tidak ingin menjadi pembuka pintu godaan setan. Menjadi pembawa masalah dalam rumah tangga orang lain, padahal seorang suami/istri tersebut sudah berusaha menjaga pandangan dan membantu pasangannya dalam menjaga pandangan dengan tidak menceritakan sifat/kecantikan/kelebihan wanita/pria lain. Tetapi kemudian Anda hadir dengan membawa pesona? Bantulah menjaga pandangan pasangan lain. Jangan tebar pesonamu. Berhati hatilah dengan segudang kelebihan/pesona yang telah Allah limpahkan pada Anda semua.

an[email protected]

teruntuk para aktivis dakwah