Perumpamaan Lalat dan Lebah

Lalat adalah hewan yang senantiasa menyukai tempat-tampat yang kotor dan berbau busuk. Di mana ada sampah atau bangkai, di sana ada lalat. Tidak hanya satu atau dua ekor lalat yang mendatangi, bahkan saking ramainya mereka untuk berebut tempat, suaranya pun terdengar kencang, seolah mereka sedang membicarakan nikmatnya mendatangi bangkai itu dan menjadikannya sebagai perbincangan menarik.

Setelah mereka puas mendatangi satu bangkai, mereka akan beralih untuk mencari bangkai yang lain dengan masih membawa bekas dan bau busuk dari bangkai pertama yang mereka datangi. Jika tidak ketemu, mereka akan menghampiri tempat-tempat yang bersih atau makanan yang terbuka namun dalam rangka untuk menyebarkan bibit penyakit kepada siapapun. Setiap orangpun akan merasa jijik terhadapnya.

Berbeda sekali dengan lebah. Lebah adalah hewan yang sangat menyukai keindahan dan kemanfaatan. Mereka selalu dan hanya akan mendatangi kembang-kembang indah yang tengah bermekaran. Mereka hinggap di sana, lalu mengambil sari pati dari setiap kembang yang mereka singgahi untuk kemudian dijadikan bahan baku pembuatan madu. Apa yang mereka ambil dari satu kembang ke kembang yang lain merupakan bahan terbaik yang akan menghasilkan madu yang bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai obat berbagai penyakit bagi manusia.

Setiap hari, yang terlintas di benak sang lebah adalah menghasilkan madu dengan kualitas terbaik hasil olahan sendiri dengan izin Alloh SWT. Adapun sengat yang melekat di tubuh mereka bukan merupakan alat untuk menyerang musuh, melainkan sebagai alat untuk mempertahankan diri dari berbagai gangguan.

Beruntunglah menjadi bagian dari komunitas lebah, sebagai perumpamaan orang-orang yang selalu senang berada di majelis-majelis ilmu dan dzikir, yang mengambil sari patinya untuk kemudian dijadikan sebagai bahan beramal kebaikan, sebagai hujjah untuk menolak kebatilan dan keingkaran terhadap Alloh SWT dan Rosul-Nya, dan orang pundapat mengambil banyak manfaat darinya, dunia akhirat.

Dan merugilah menjadi bagian dari komunitas lalat, sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang yang lebih senang mendatangi tempat-tempat maksiat, yang tidak mendatangkan sesuatupun kecuali keburukan dan kebahagiaan semu, dan orang-orangpun pada akhirnya enggan mendekati.

Wallohu a’lam

Fakhrurrozy di Sudut Nasehat