Terima Kasih Atas Keikhlasannya, Pak.

Ada seorang bapak tukang ojek yang benar-benar tidak bisa saya lupakan. Di mata saya beliau adalah seorang yang sangat istimewa. Saya tidak penah mengenalnya, siapa keluarganya bahkan namanya saja saya tidak tau.

Saat itu kami sekeluarga jalan-jalan ke Samarinda dengan menunggangi vespa kesayangan kami. Jalan-jalan hari Minggu sudah menjadi rutinitas kami untuk berkunjung ke rumah sanak saudara juga teman. Seperti hari itu, selain ke rumah adik saya, suami mengajak saya ke rumah salah seorang teman yang kebetulan berdagang ikan hias. Rencananya kami akan membeli beberapa ikan hias untuk aquarium di rumah sambil sekalian silaturahmi. Ba’da dzuhur saya dan suami berangkat sedangkan caca saya titipkan di rumah adik saya karena dia sudah terlelap dalam tidur siangnya.

Gerimis menemani perjalanan menuju rumah teman kami. Setibanya di sana gerimis pun berganti dengan hujan yang sangat deras. Vespa kami dibiarkan saja kehujanan. Biar saja, tadi pagi vespanya belum dimandikan, kata suami saya ketika saya tanya kenapa vespanya nggak diparkir di tempat teduh.

Hampir setengah jam lamanya hujan mengguyur bumi ruhui rahayu. Hujan deras sudah berganti rintikan saja ketika saya mengajak suami pulang karena khawatir caca sudah bangun dari tidurnya dan mencari ke mana ayah bundanya. Kami pun akhirnya pamit pada teman tadi dan nekat akan menerobos rintikan hujan.

Setelah mengelap jok vespa yang basah kemudian suami mencoba menginjak engkol vespa karena kebetulan batterai untuk starter di lepas oleh suami dan dipakai untuk menyalakan lampu dc di rumah. Engkol ternyata tidak bisa bergerak dan seperti ada sesuatu yang membuatnya menempel rapat. Berulang kali dicoba tetap saja engkolnya tidak bergerak. Suami lalu mendorong vespanya dan kami pun berjalan beriringan sambil mencari bengkel yang buka.

Sungguh sayang sekali tidak ada satupun bengkel yang buka hari itu karena memang hari minggu, hari di mana toko-toko juga bengkel pada tutup. Saya kasihan melihat ayah yang terlihat sangat lelah karena mendorong vespanya. Akhirnya kami berhenti sebentar di tempat parkiran ojek.

Ya Allah, tolonglah kami, saya berucap dalam hati sambil menatap suami.

“Vespanya kenapa Mas?” tanya seorang tukang ojek.

“Engkolnya melengket dan nggak bisa diinjak, nggak tau ini kenapa?” jawab suami saya.

“Kira-kira ada bengkel yang buka nggak Pak?” suami saya balik bertanya.

“Wah, biasanya hari minggu gini pada istirahat Mas jadi nggak ada yang buka, ” kata si tukang ojek tadi. Dia pun kemudian pergi meninggalkan kami.

Suami kembali mencoba menginjak engkol yang ternyata masih saja tidak bisa bergerak juga membuka kap samping vespa. Sementara saya masih terus-terusan berdoa memohon pertolongan Allah.

Tak berapa lama kemudian bapak ojek tadi sudah kembali dan mengatakan supaya kami menunggu sebentar sementara si bapak ojek langsung pergi lagi. Saya dan suami tidak pernah menyangka kalau ternyata bapak ojek itu berkeliling mencari bengkel yang buka. Lima belas menit kemudian bapak ojek itu kembali dan memberitahukan kalau ada bengkel yang buka seraya mengajak dan mengantar kami untuk segera ke bengkel yang disebutnya.

Alhamdulillah ya Allah atas pertolongan yang Kau berikan melalui bapak ojek ini. Puji syukur tak henti-hentinya saya ucapkan dalam hati. Saya membuka tas dan mengambil uang untuk membayar ongkos kepada si bapak ojek.

“Tidak usah Bu, nggak apa-apa. Saya hanya ingin membantu, ” Beliau menolak dan kemudian pamit pergi setelah mengucapkan assalamu’alaikum.

SubhanaAllah, hanya itu yang bisa saya ucapkan dan membiarkan Bapak ojek itu pergi. Saya sedih karena saya tidak sempat menanyakan nama juga alamatnya. Sungguh itulah yang saya sesalkan. Terima kasih atas keikhlasannya Pak, ucap saya sendiri sambil terus menatap bapak ojek tadi yang perlahan menghilang dari pandangan saya.

Ya Allah, berilah Bapak ojek tadi kemudahan rezeki di manapun beliau berada, doa saya dalam hati.

Http://initaanwar.multiply.com