No jajan, konsep yang sempat membuat gusar tukang es cendol depan sekolah anakku. Juga konsep sederhana yang membuat sekolah anakku masuk majalah, juga konsep yang masih menjadi pertentangan pendapat antara guru, orangtua dan para tukang jualan, (baik mainan maupun makanan ). Yang tentu saja imbas dari konsep ini adalah menurunnya omset mereka.
Konsep ini terlintas begitu saja, ketika suatu hari aku mendapati seorang kawanku datang ke tempat pengajian dan menangis tersedu-sedu, dalam ceritanya kemudian, dia menjelaskan bahwa anak gadisnya yang baru saja berusia 11 tahun ternyata sudah terkena narkoba melalui permen dari tukang jualan di depan sekolah.
Mulanya begini, pengedar narkoba menyamar sebagai tukang permen dan berjualan di depan sekolah, dia kan mengincar anak perempuan berwajah manis dan imut yang kelihatan tenang , dan kemudian menawarkan permen berwarna strawberry gratis. Lalu setelah 10 hari digratisin (alias free tidak bayar), kemudian permen itu dijual dengan harga yang mahal sedikit demi sedikit bertambah mahal. Awalnya 5000 rupiah, kemudian 15.000 rupiah dan seterusnya.
Akhirnya sepotong permen yang tentu saja sebetulnya itu adalah narkoba berselubung gula-gula berwarna pink yang sangat digemari anak-anak, membuat mereka ketagihan dan bila tidak berjumpa dengan sang penjual permen, anak-anak merasa ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Sampai akhirnya sebentuk permen loly berwarna pink berasa strawberry ini membuat anak gadis kawanku ini berani mencuri kartu atm ibunya. Anak ini kemudian pergi ke atm dan setelah memencet tombol dengan lembut dan pasti, maka mengucurlah uang keluar sejumlah 5 juta dikali 2 kali penarikan yaitu total 10 juta, dan sang ibu mendapati atmnya tergeletak pasrah dalam tempat sampah diantara tumpukan bungkus makanan dan gelas plastik yakult. “Y a ALLOH, betapa pilu, hati sang ibu mendapati anak gadisnya menjadi pecandu narkoba sejak usia muda, dan sang anak inipun tak menyadari bahwa permen sedap yang dihisapnya setiap hari adalah bubuk setan yang berselimut pelangi.
Astagfirullahaladzhiim, bila ini diteruskan maka ada berapa banyak anak gadis manis kita yang akan manjadi korban narkoba terselubung, maka mohon maaf bapak-bapak penjual makanan dan minuman di tepi jalan, mungkin mulai hari ini, kami akan membiarkan anak-anak kami lewat didepanmu tanpa membeli apa-apa. Karena mereka sejak sekolah di JISc, tak boleh membawa uang dan tak ada uang untuk membeli apapun baik permen betulan maupun permen berisi bubuk narkoba. Dan nasihatku pada sang ibu, dekati anak dan sembuhkanlah dia, beri pengertian dan juga beri permen pengganti, dan ajak dia teraphy narkoba selagi masih kecil. Dan jauhkan dia dari lingkungan yang rawan dengan anak-anak yang bergaul bebas, dan dampingi dia terus sampai masa remajanya habis. Karena khawatir dia suatu saat akan kecanduan lagi. Dan kataku tarakhir: “tak selamanya mendung itu kelabu…”