Hisab 1 Ramadhan 1430 H

Bulan Ramadhan adalah bulan penting bagi ummat Islam. Di dalamnya terdapat kewajiban berpuasa kepada orang-orang yang beriman. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Al Baqarah 183).

Pada tulisan ini, penulis akan menjelaskan perhitungan atau hisab untuk masuknya 1 Ramadhan 1430 H.

Seperti biasa, pertama kali akan dihitung kapankah terjadinya konjungsi geosentrik atau fase bulan baru. Fase konjungsi geosentrik terjadi ketika bujur ekliptika nampak bulan sama dengan bujur ekliptika nampak matahari. Pada tulisan sebelumnya, penulis telah menjelaskan tentang fase-fase bulan sekaligus memberikan contoh bagaimana cara menghitung fase-fase bulan dengan menggunakan algoritma Meeus. Pada tulisan tersebut, penulis memberikan contoh fase bulan untuk bulan Ramadhan 1430 H.

Fase bulan baru untuk datangnya Ramadhan 1430 H jatuh pada tanggal 20 Agustus 2009 pukul 10:01:28 UT atau pukul 17:01:28 UT. Hasil perhitungan ini hanya berbeda sekitar 7 detik dari perhitungan menggunakan algoritma ELP (bulan) dan VSOP (matahari) yang memberikan hasil pukul 10:01:35 UT.

Selanjutnya akan ditinjau posisi matahari dan bulan di satu tempat tertentu. Tempat yang akan dijadikan sebagai lokasi perhitungan adalah Jakarta (6:10 LS, 106:51 BT, ketinggian 0 meter, UT + 7). Kota-kota lain hanya akan disajikan hasilnya saja.

Tanggal 20 Agustus 2009 maghrib

Pada tanggal 20 Agustus 2009, menurut perhitungan di lokasi di atas matahari terbenam pada pukul 17:53:58,2 WIB (dibulatkan 17:53:58 WIB) dengan azimuth 282:18:07 derajat dan altitude matahari minus 0:49:48 derajat. Sementara itu, bulan terbenam pada pukul 17:49:18,4 WIB (dibulatkan 17:49:18 WIB) dengan azimuth 279:55:49 derajat dan altitude bulan 0:10:11 derajat. Saat matahari terbenam, ketinggian bulan adalah minus 0:55:46 derajat.

Untuk dapat memahami waktu matahari dan bulan saat terbenam tersebut, berikut penjelasan ringkasnya. Saat matahari terbenam (atau terbit), altitude pusat matahari sebenarnya tidaklah nol derajat tetapi lebih rendah lagi. Disini, rumus altitude (tepatnya true altitude, bukan apparent altitude) matahari saat matahari terbenam/terbit harus memenuhi hubungan sama dengan minus 34 menit busur – sudut jari-jari matahari.

Sudut sebesar -34 menit busur (atau minus 0:34:0 derajat) disebabkan oleh faktor pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer (disini digunakan keadaan standar di permukaan laut yaitu tekanan atmosfer 1010 milibar dan suhu 10 derajat C). Pada 20 Agustus 2009 pukul 17:53:58,2 WIB tersebut, sudut jari-jari matahari adalah 15 menit busur 48 detik busur atau 0:15:48 derajat. Jadi minus 0:34:0 – 0:15:48 = minus 0:49:48 derajat, yang tepat sama dengan true altitude matahari.

Adapun saat bulan terbenam (atau terbit), rumus true altitude bulan harus memenuhi hubungan sama dengan minus 34 menit busur + 0,7275*Sudut Paralaks. Pada 20 Agustus 2009 pukul 17:49:18,4 WIB, sudut Paralaks bulan sama dengan 1,012343 derajat, sehingga 0,7275*1,012343 derajat – 0:34:0 derajat = 0:10:11 derajat, yang tepat sama dengan true altitude bulan. Ternyata, pada 20 Agustus 2009 di Jakarta, bulan terbenam lebih dahulu sekitar 5 menit daripada matahari.

Bagaimanakah dengan kota-kota lain di Indonesia?

Di kota-kota lain, situasi yang sama juga terjadi, yaitu bulan sudah lebih dahulu terbenam daripada matahari. Termasuk di wilayah atau tempat yang terletak di sebelah barat Jakarta, apalagi di sebelah timur Jakarta. Sebagai contoh, di Banda Aceh dan Medan, bulan sudah lebih dahulu terbenam sekitar 5 menit sebelum maghrib, seperti halnya di Surabaya. Di Pelabuhan Ratu, bulan terbenam sekitar 4 menit sebelum maghrib. Sementara itu di Jayapura, bulan terbenam sekitar 11 menit sebelum maghrib.

Berdasarkan paparan di atas, nampak bahwa secara keseluruhan di Indonesia pada tanggal 20 Agustus 2009, bulan lebih dahulu terbenam daripada matahari terbenam (maghrib).

Tanggal 21 Agustus 2009 maghrib

Keesokan harinya, matahari terbenam di Jakarta pada pukul 17:53:52,4 WIB dengan azimuth 281:58:3 derajat dan altitude minus 0:49:49 derajat (sudut jari-jari matahari 0:15:49 derajat). Sementara itu bulan terbenam pada pukul 18:44:8,2 WIB dengan azimuth 273:14:19 derajat dan altitude positif 0:9:49 derajat. Jadi, bulan terbenam setelah matahari terbenam, dengan selisih sekitar 50 menit. Sementara itu, umur bulan saat matahari terbenam sejak konjungsi (new moon) terjadi adalah sekitar 24 jam 52 menit.

Pada saat matahari terbenam, bulan berada pada azimuth 274:52:4 derajat dan true altitude positif 12:10:34 derajat. Selisih azimuth antara matahari dan bulan adalah 7:5:59 derajat dan selisih altitude 13:0:23 derajat. Sudut elongasi antara bulan dan matahari dapat dihitung sebesar 14:47:38 derajat. Sudut elongasi ini jauh lebih besar daripada limit Danjon sebesar 7 derajat. Dapat dihitung pula, iluminasi bulan adalah 1,67 persen yang lebih besar daripada 1 persen.

Bagaimanakah dengan kota-kota lain di Indonesia? Di Jayapura, bulan terbenam (18:26 WIT) sekitar 40 menit setelah maghrib (17:46 WIT). True altitude bulan dan sudut elongasi bulan-matahari saat maghrib berturut-turut sekitar 9:51 derajat dan 13:25 derajat. Iluminasi bulan adalah sekitar 1,41 persen.

Di Banda Aceh, bulan terbenam (19:34 WIB) sekitar 44 menit setelah maghrib (18:50 WIB). True altitude bulan dan sudut elongasi bulan-matahari saat maghrib berturut-turut sekitar 10:52 derajat dan 15:19 derajat. Iluminasi bulan adalah sekitar 1,79 persen.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2009 maghrib, bulan terbenam lebih lambat daripada matahari dengan selisih waktu berkisar antara 40 hingga 50-an menit. Sudut true altitude bulan saat matahari terbenam di setiap tempat di Indonesia berkisar antara 9 hingga 12 derajat. Sedangkan sudut elongasi bulan-matahari berkisar antara 13 hingga 15 derajat. Iluminasi bulan berkisar antara 1,4 hingga 1,8 persen.

Prediksi beberapa kriteria hisab

Kriteria pertama, bagi yang menggunakan kriteria bulan baru (new month) adalah (a) konjungsi (new moon) terjadi sebelum maghrib, dan (b) moonset terjadi setelah sunset berarapun true altitude bulan atau sudut elongasi bulan-matahari, maka tanggal 20 Agustus 2009 maghrib belum dapat dikatakan sebagai saat masuknya bulan Ramadhan, karena saat itu moonset terjadi sebelum sunset. Jadi bagi yang menggunakan hisab dengan kriteria ini, bulan Ramadhan masuk pada 21 Agustus 2009 maghrib. Secara efektif, 1 Ramadhan 1430 H = Sabtu 22 Agustus 2009.

Kriteria kedua, bagi yang menggunakan kriteria bulan baru (new month) adalah (a) konjungsi (new moon) terjadi sebelum maghrib, dan (b) moonset terjadi setelah sunset, dan (c) sudut elongasi bulan-matahari melebihi limit Danjon (7 derajat), dan (4) iluminasi bulan di atas 1 persen, maka tanggal 20 Agustus 2009 maghrib belum dapat dikatakan sebagai saat masuknya bulan Ramadhan. Dengan melihat paparan beberapa paragraf di atas, bagi kriteria ini, tanggal 21 Agustus 2009 maghrib sudah memenuhi persyaratan untuk masuknya bulan Ramadhan. Secara efektif, 1 Ramadhan 1430 H = Sabtu 22 Agustus 2009.

Rukyat

Pada tulisan sebelumnya tentang hisab 1 Sya’ban 1430 H, penulis telah menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan tanggal 1 Sya’ban 1430 H berdasarkan dua kriteria hisab yang berbeda. Kriteria tersebut seperti dua kriteria pada dua paragraf di atas. Hisab berdasarkan kriteria pertama menyatakan bahwa 1 Sya’ban = 23 Juli, sehingga 29 Sya’ban = 20 Agustus. Karena itu jika pengguna kriteria pertama ini ingin melakukan rukyat, maka ia harus melakukannya pada tanggal 20 Agustus 2009 maghrib. Insya Allah hasilnya adalah negatif, karena di Indonesia pada waktu tersebut bulan sudah terbenam sebelum maghrib.

Hal senada juga dinyatakan oleh Odeh (Accurate Times): It’s Impossible To see The New Crescent Today, Because The Moon Sets Before The Sun (Tidak mungkin bisa melihat hilal hari ini karena bulan terbenam sebelum matahari terbenam).Sehingga prediksinya, 1 Ramadhan = 22 Agustus. Bagi pengguna kriteria ini, bulan Sya’ban 1430 H berisi 30 hari.

Sementara itu bagi pengguna kriteria kedua, 1 Sya’ban = 24 Juli sehingga 29 Sya’ban = 21 Agustus. Pengguna kriteria kedua ini yang akan melakukan rukyat, maka ia harus melakukannya pada tanggal 21 Agustus 2009 maghrib. Insya Allah, berdasarkan data di atas dan jika cuaca mendukung, hilal memungkinkan untuk dilihat dengan mata langsung oleh para perukyat yang berpengalaman. Sehingga prediksinya juga sama, 1 Ramadhan = 22 Agustus. Bagi pengguna kriteria ini, jika hilal dapat diamati pada 21 Agustus maghrib, maka berarti bulan Sya’ban 1430 H berisi 29 hari.

Terakhir, penulis juga telah menyebutkan bahwa sejumlah perukyat yang tergabung dalam komite Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) menyatakan bahwa hilal gagal dilihat pada rukyat 22 Juli 2009, sehingga 1 Sya’ban = 24 Juli, sama seperti hasil menurut hisab kriteria kedua. Karena itu, bagi yang selalu konsisten untuk menggunakan rukyat dalam penentuan masuknya setiap bulan Islam (tidak hanya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah), maka mereka harus melakukannya pada tanggal 29 Sya’ban maghrib = 21 Agustus 2009 maghrib.

Jika saat itu cuaca mendukung dan didukung faktor-faktor lain, Insya Allah hasilnya juga sama, yaitu 1 Ramadhan 1430 H = 22 Agustus 2009. Bagi pengguna rukyat secara konsisten, jika hilal dapat diamati pada 21 Agustus maghrib, maka berarti bulan Sya’ban 1430 H berisi 29 hari.

Demikian beberapa catatan kecil mengenai hisab dan prediksi rukyat awal Ramadhan 1430 H. Semoga bermanfaat.

DR. Rinto Anugraha ([email protected])

Saat ini sebagai peneliti pasca doktoral dalam bidang Nonlinear Physics di Kyushu University, Fukuoka, JAPAN. Dan juga merupakan dosen fisika di Universitas Gajah Mada